Monday 13 August 2012

Pulau Lombok


Masih termasuk edisi Swadaya VI
Saya berkesempatan transit beberapa hari di pulau ini sebelum menginjakkan kaki di Pulau Sumbawa untuk menjalankan misi swadaya: mendaki Gunung Tambora dan sosialisasi biogas di Desa Jongkat.
Tentang Pulau Lombok, mayoritas penduduknya beragama islam, ramah, dan baik hati—dengan pengecualian orang-orang pelabuhan lembar yang memang berwatak keras. Kami sempat cekcok dengan sopir angkot yang ada di sana karena kami lebih memilih menggunakan angkot yang ada di luar pelabuhan yang memang jauh lebih murah.
Sepanjang jalan dari pelabuhan lembar ke Universitas Mataram, saya melihat banyak anak2 maupun orang tua yang berjalan kaki menuju sekolah. Saya juga sempat melihat sebuah bus yang isinya anak sekolahan semua.
Biaya hidup di kota ini rupanya masih tergolong terjangkau, yaah nggak jauh beda sama kota Jogja lah. Dengan berbekal Rp 3000 rupiah saja kita sudah bisa menyantap nasi bungkus yang berisi ikan tongkol. Nasi bungkus disini dinamakan nasi balap, dibungkus dengan bentuk kerucut. Entah, kenapa dinamakan demikian, sampai sekarang saya masih belum tahu alasannya.
Kota Mataram merupakan kota religius yang tercermin dari semboyan kota ini “Maju dan Religius”






Universitas Mataram

Kebetulan saya sempat mencicipi suasana Ramadhan di kota Mataram. Dan saya belajar tentang  toleransi yang besar di sini. Saya berteman dengan orang non muslim, dan mereka sama sekali tidak makan dan minum di sepanjang hari saya bersama mereka. Dan memang di sini tidak ada warung makan yang buka di siang hari. Mereka bercerita bahwa membeli makanan di siang hari di hari puasa terlihat seperti sedang bertransaksi narkoba, benar-benar diam-diam. Dan juga ada penggrebekan rumah makan apabila tetap nekat buka di siang hari. Jadi kalo sedang tidak berpuasa, satu-satunya cara untuk makan adalah tetap berada di rumah.
Kami sempat di ajak mengejar sunset di Pantai malimbu, sekadar menengok Pantai Senggigi, dan di antar berbelanja ke Pasar Cakra. Oh iya, salah satu hal yang paling menyenangkan di Mataram adalah jaraknya yang berdekatan dengan pantai. Cukup berkendara motor sekitar 15menit, kami sudah dapat melihat keindahan pantai barat Lombok.
Perjalanan menuju Pantai Malimbu, walaupun akhirnya sunset nya tak terkejar..

Suasana Pasar Cakra..

Suatu hari nanti saya harus berkunjung kembali ke tempat ini dan melihat keindahan pantai-pantai yang baru saya dengar ceritanya itu: Pantai Pink dan Pantai Kuta. Juga boleh sekadar mampir melihat gili trawangan dan 2 gili lainnya yang saya lupa namanya.
Saya benar-benar bersyukur sempat ‘berlibur’ di sini walaupun sama sekali tanpa rencana. Yuhuuu :)


No comments:

Post a Comment