Sunday 8 May 2011

It's about People, and Friendship

Saya pernah memiliki seorang teman,  sangat dekat, yang sangat berbeda karakter dengan saya. Tidak seperti saya yang cenderung introvert dan  tak mau aneh2, dia justru sangat periang dan cenderung supel. Kami selalu bersama, menghabiskan sepanjang waktu dan kadang bersama beberapa teman.

Mungkin dia adalah teman terdekat saya, tapi bagi dia saya pasti hanyalah salah satu dari sekian banyak teman dekatnya. Kadang saya merasa kasihan apabila dia terlalu lama bersama saya, menghabiskan hari dari pagi sampai sore atau bahkan hingga malam bersama saya. Rasanya saya mengkontaminasi kepribadiannya. Ah, saya merasa jahat.

Saya memiliki beberapa teori tentang kepribadian. Ada tipe orang yang bisa memancarkan aura menyenangkan, mengubah suatu kondisi menjadi hidup dan tak membosankan. Karakter sanguinis banget lah. Ada juga tipe pemurung, suka mengeluh. Ada juga tipe ‘cermin’ , yang menangkap aura-aura di sekitarnya dan merefleksikannya kembali sehingga terasa lebih kuat. Tipe ini adalah tipe-tipe penggembira yang menjadi Sang Beta namun sayangnya tak banyak disadari, cocok apabila diarahkan menjadi supporter berdampingan dengan tipe periang Sang Alpha. Ada juga tipe penyerap, yang biasanya sangat peka atau jika tak terkendali bakal menjadikan ybs mendapat julukan moody.

Sometimes, untuk menciptakan suatu keadaan yang kita inginkan, kita memerlukan ‘resep’ yang berisikan susunan tipe-tipe orang tertentu yang berbeda-beda. Seperti kata seorang teman,

“.. butuh lebih dari beberapa orang untuk menstabilkan keadaan saat bersama seorang introvert sejati.”

Menurut saya, suatu keadaan dapat tercipta atau mungkin dapat dirubah dengan sebuah ‘resep’. Karena menurut pengamatan saya, apabila tipe-tipe tertentu bertemu dengan tipe-tipe tertentu yang lain bisa sangat mengubah suatu keadaan –yang menurut saya seperti meracik obat, obat-obat tertentu apabila diminum secara bersamaan justru bisa mendatangkan efek yang berbeda.

Masalahnya, saya belum menemukan takaran yang tepat mengenai karakter-karakter apa yang dapat mengubah keadaan seperti apa.

Jadi teringat  Jasper nya Alice di Twillight.hahaa

Kesimpulan atas analisis tersebut, untuk seorang introvert yang bertipe ‘cermin’ seperti saya, sebaiknya bergabunglah dalam suatu komunitas yang besar dengan berbagai jenis tipe orang untuk mengalihkan diri dari orang-orang yang bertipe suram.

Selamat bereksperimen..


Friday 6 May 2011

Published Diary #2

Satu hal yang mulai mengusik pikiran saya (again): saya tak pernah bisa jujur pada diri saya sendiri. Inilah bagian tersulit untuk menjadi seorang psikoanalis. Selama ini tanpa saya sadari, saya mengamati dan melkukan analisis terhadap pribadi saya sendiri. Itu membuat saya percaya mengapa angka bunuh diri seorang psikiater lebih tinggi dari masyarakat umumnya. Saya menulis begini seolah saya seorang psikoanalis saja..

Menurut saya, seorang psikoanalis itu seperti seorang public figure. Seperti seorang sales penumbuh rambut, siapa yang akan membeli obatmu jika kamu sendiri gundul? –got it?

Dan begitulah sindrom yang menyerang saya. Saya memiliki berbagai teori tersendiritentang sikap dan behavior seseorang yang mengacu pada kepribadian yang bersangkutan. Dan mau tak mau, saya pasti akan mulai menganalisis diri saya sendiri atau tepatnya kepribadian saya. Dan bila saya menemukan sikap yang tidak saya sukai, atau tepatnya tidak saya inginkan tertulis dalam autobiografi saya, saya mulai panik, berusaha untuk tidak menjadi diri saya sendiri. Dan mulai kacau, mengobrak abrik diri saya dari dalam.

Mungkin itu sedikit mirip dengan kasus para mahasiswa kedokteran yang begitu detail mempelajari semua sistem di tubuh kita, lengkap dengan semua gejala-gejala apabila ada yang tidak beres dengan salah satu organnya. Kemudian mereka akan terkena nosophobia –ketakutan terserang penyakit.

Kembali pada kepribadian saya. Well saya akui, saya adalah seorang ambisius yang perfectsionist.  Hanya saja saya selalu menyangkalnya karena padanan kedua sifat tersebut menurut saya tidak keren dan cenderung menyebalkan. Dan juga karena saya tak ingin di bilang cukup gila.

Berharap bertemu kembali dengan seseorang yang seperti saya, pengamat. Dan mungkin kami bisa berdiskusi dan saling berbagi pikiran mengenai ini dan apapun juga.