Sunday 12 October 2014

Sedikit Berbagi Keresahan

Akhir-akhir ini segala hal yang muncul di depan saya menjelma keresahan.

Keresahan yang pertama muncul dari halaman Koran Kompas yang saya baca pada sebuah kesempatan. Berita yang tertulis adalah tentang kisruh pemilihan ketua DPR yang ramai diperbicangkan. Sepenangkapan saya, hal ini bermula dari adanya peraturan yang mengharuskan pengajuan calon DPR dilakukan dengan paket koalisi dengan minimal 5 partai. Berdasarkan peraturan yang berlaku, ada 10 partai yang mendapat kursi di DPR. Lima diantaranya telah tergabung dalam koalisi Merah Putih, sedangkan satu diantaranya, yakni partai Demokrat, memilih untuk tidak bergabung dalam paket manapun. Sehingga koalisi Indonesia Hebat, yang hanya terdiri dari 4 partai tidak memiliki kesempatan untuk mengajukan calon. Dengan begitu otomatis DPR dikuasai koalisi Merah Putih. Koalisi Indonesia Hebat yang merasa bahwa hal ini tidak adil tidak dapat melakukan apapun, kemudian memutuskan walk out. Dan seperti yang ramai diperbincangkan di social media, kabarnya palu yang semestinya digunakan untuk menetapkan putusan-putusan hilang atau lebih tepatnya disembunyikan. Pertama kali saya mendengar ini, saya hanya dapat terpana dan mengeluarkan dua patah kata: HOW CAN?
Selanjutnya, keresahan saya yang lain muncul ketika saya jogging pada suatu minggu pagi di lapangan GSP UGM. Ada sekelompok mahasiswa yang mengajak untuk menandatangani selembar kain putih untuk menolak RUU pemilihan kepala daerah oleh DPR. Well, saya pribadi juga menolak RUU tersebut, yang menurut saya mencuri demokrasi. Dan rupa-rupanya para mahasiswa juga merasa bahwa perlahan ada pihak-pihak yang ingin mengembalikan Indonesia ke jaman Orde Baru. Nah saya yang memang jarang mengikuti berita, apalagi berita yang berbau politik, beberapa yang lalu mendengar bahwa ternyata RUU ini telah disahkan karena menang dalam sidang paripurna DPR. Namun, SBY yang tidak senang dengan undang-undang ini langsung bertindak mengeluarkan Perpres yang notabene secara hukum memiliki hierarki lebih tinggi, yang isinya bertentangan dengan isi undang-undang tersebut. Otomatis undang-undang tersebut tidak jadi berlaku. Sungguh suatu kemubadziran dokumen perundang-undangan bukan?
Saya lantas teringat akan sebuah tugas kuliah, dimana kami mengambil studi kasus konflik pertambangan pasir besi di Kabupaten Kulonprogo. Dalam konflik yang telah bermula dari tahun 2006 tersebut, pada mulanya menurut peraturan tata ruang setempat tidak boleh dilakukan penambangan pasir besi di kawasan tersebut. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, pada tahun 2010 dikeluarkan peraturan tata ruang wilayah yang lebih tinggi yang memperbolehkan penambangan. Otomatis, peraturan di tingkat daerah tidak berlaku lagi karena harus menyesuaikan dengan peraturan wilayah diatasnya. Ini terlihat seperti di negara kita ini terjadi peperangan antar lembaga pemerintah, berlomba saling mengakali di tingkat hierarki yang lebih tinggi. Sebagai seorang awam, saya merasa hal ini aneh dan meresahkan. Lalu apa kabar opini masyarakat di luar sana yang jauh lebih awam daripada saya?

Keresahan selanjutnya datang dari sebuah obrolan makan malam di sebuah resto. Kala itu ada teman saya yang membawa teman kost nya yang dari Myanmar. Di sudut meja itu tiba-tiba salah satu teman saya membahas mengenai Asean Economic Community yang akan berlaku di tahun 2015 mendatang. Setahu saya, perjanjian ini telah ditandatangani sejak tahun 2007 silam namun gaungnya baru terasa sekarang. Saat ini banyak negara-negara Asean yang telah mengirimkan warga negaranya untuk belajar Bahasa Indonesia dalam rangka menghadapi Asean Economic Community. Sedangkan kita masih tidak sadar, dan justru bangga ketika orang-orang dari negara lain tertarik belajar bahasa dan budaya kita. Kita yang tidak sadar ini dengan senang hati, welcome dan membantu dengan mereka yang ingin menguasai bahasa kita. Well, saya akui pemikiran ini memang terdengar ekstrem, tapi saya rasa ada benarnya juga. Sesungguhnya saya khawatir dengan perebutan dunia kerja yang mungkin akan saya masuki ketika saya lulus di tahun depan. Saya tidak membayangkan bahwa kali ini kita tidak hanya bersaing dengan sesama job seeker  Indonesia, tapi mungkin juga jobseeker dari negara lain. Sesungguhnya saya sangat khawatir kepada masa depan Indonesia dengan SDM yang seperti sekarang ini.
Mari berpindah pada keresahan saya yang lain. Keresahan ini selalu saya abaikan namun begitu terasa. Entah hanya perasaan saya yang baru saja pulang dari perbatasan Indonesia, sebuah kota di Natuna yang begitu tenang dan lenggang dari kendaraan bermotor, atau memang demikian keadaanya. Saya merasa Jogja, kota tempat saya menghabiskan 21 tahun hidup saya ini, semakin lama semakin penuh dengan kendaraan bermotor. Sederhananya, hal ini sangat terasa ketika mencari tempat parkir di jurusan, atau di pusat perbelanjaan. Parkiran begitu penuh sesak, tidak seperti pada tahun pertama saya kuliah. Dan juga sangat terasa ketika terjebak macet pada jam-jam sibuk di beberapa ruas jalan. Menurut berita yang saya baca di sebuah Koran dalam salah satu penantian saya di halte Trans Jogja, balik nama kendaraan yang masuk dari luar Jogja tidak dipungut biaya alias gratis. Hal ini tentunya mempermudah kendaraan dari luar untuk masuk ke Jogja. Kata ayah saya, kebijakan ini tentunya memang diambil untuk menguntungkan pemda melalui pajak kendaraan yang masuk. Akan tetapi apa kabar dengan kondisi jalanan Jogja atas dampak dari kebijakan ini? Saya sebagai salah satu warga asli Jogja merasa kecewa, mengingat saat ini Jogja sudah tidak lagi termasuk dalam The Most Livable City versi IAP (Ikatan Ahli Perencana).


Sebagai mahasiswa tingkat akhir yang nantinya akan bekerja pada ranah-ranah diatas, tentu saja saya sangat resah. Resah atas berbagai hal yang secara random muncul di benak saya.
Karena seorang planner adalah decision maker, pembuat kebijakan publik.

Teman Baru, Lingkaran Baru :)

Beberapa waktu yang lalu sepulang KKN, saya diminta untuk menjadi salah satu koordinator panitia Career Days ke- XVI nya ECC UGM. Kita yang ditunjuk menjadi koordinator ada 18 orang, dengan rincian 4 orang sebagai koordinator kesekretariatan, 3 orang koordinator LO, 2 orang koordinator teknis, 1 orang memegang questioner, 4 orang di media, 1 orang bagian customer care, 1 orang bagian promosi,  1 orang bagian umum sekaligus wakil ketua, dan 1 orang lagi bagian konsumsi yang sekaligus ketua tim kita.

Mencontek cara kerja perusahaan-perusahaan, kita diperkenalkan dengan yang namanya KPI (Key Performance Index). Ada beberapa indikator yang harus kita capai, dan apabila mencapai target KPI maka kita akan diberi bonus. Ada 5 poin KPI yang disepakati, yaitu pertama kehadiran panitia dalam setiap rangkaian acara career days ini, dari mulai briefing, gladi resik, acara, sampai pembubaran panitia. Jumlah panitia yang hadir minimal mencapai 80% dari total panitia. Poin ke-2 adalah kepuasan user (bos kita di ECC) sama kinerja kita. Poin ke-3 adalah kepuasan jobseeker/pengunjung career days. Poin ke-4 adalah kepuasan officer yang  bergabung dalam event ini. Dan poin yang terakhir adalah kepuasan seluruh panitia yang lain dan jumlah dana yang terpakai untuk pembubaran panitia tidak lebih dari 90% dari total anggaran yang diberikan.

Awalnya kita tak saling kenal dan masih canggung, kemudian Mas Rudi memberikan semacam training singkat di sore hari. Gamesnya sederhana, kita diminta saling menyilangkan tangan membentuk lingkaran, dan bagaimana caranya kita bisa bergandengan tangan tanpa ada tangan yang tersilang. Setelah itu dilanjutkan dengan games tebak nama dan koordinator di bidang apa. Caranya kita dibagi menjadi 2 tim yang berdiri saling berhadapan, kemudian Mas Rudi akan menyentuh 2 orang dari 2 tim yang berbeda. Dua orang yang disentuh Mas Rudi ini akan berbalik dan adu cepat menyebutkan nama teman di tim lawan beserta bidangnya. Dia yang kalah cepat akan dianggap gugur dan keluar dari permainan. Games yang terakhir, kita dibagi menjadi 2 tim, dan diminta menyusun piramida dengan menggunakan gelas plastik dengan kriteria terdiri atas 7 tingkat, masing-masing tingkat terdiri dari 4 gelas, kecuali di tingkat terakhir yang hanya terdiri dari 3 gelas. Bentuknya bebas, boleh berisi air atau kosong, yang penting cukup kokoh. Prinsipnya, selain bagaimana berkreasi membentuk strategi, kita sesama tim koordinator harus saling kenal dan harus solid dulu sebelum menghadapi panitia yang lebih besar.

Dari sini kadang kita makan bareng, main bareng, nongkrong bareng, dan juga ramai berceloteh di grup salah satu instant messenger.

Briefing panitia yang keseluruhan juga diselipkan beberapa games sebagai ice breaking diantara kita. Seluruh panitia diwajibkan membawa pesawat kertas sebagai tiket masuk. Pesawat kertas ini diberi nama dan bidang masing-masing. Selanjutnya pesawat tersebut diterbangkan bersama-sama dalam sebuah ruangan, dan setelah itu masing-masing dari kita harus mengambil satu saja pesawat yang sudah bergelimpangan di sekitar kita. Kemudian tugas kita mengembalikan pesawat tersebut kepada pemiliknya. Nah, hal ini yang ternyata susah sekali karena pada dasarnya kita ber-seratus tujuh puluh satu orang ini tidak saling mengenal. Maka kita dipaksa untuk saling berkenalan satu sama lain.

Games selanjutnya adalah menyanyikan balonku ada lima sambil tepuk tangan sesuai dengan irama. Dan kita harus bisa bertepuk tangan secara bersamaan padahal nyanyinya dalam hati. Kemudian kita harus ber-high five dengan gaya tangan kanan-tangan kiri-dan saling menubrukkan pundak minimal dengan 5 orang berbeda. Dan yang terakhir, kita diminta menghitung dari satu sampai sejumlah panitia yang ada disana, sambil menutup mata. Satu orang menyebutkan satu angka dan tidak boleh menyebutkan angka yang sama. Pada awalnya ini susah sekali, karena ketika ada yang bersamaan menyebutkan angka yang sama, kita harus memulai lagi dari angka satu.  Akhirnya kita menyepakati kita akan memulai hitungan dari kelompok-kelompok kecil yang sudah dibuat sebelumnya, secara urut. Dan orang terakhir dalam kelompok itu akan menyebutkan angka hitungan dengan nada yang berbeda sebagai penanda bahwa giliran kelompok selanjutnya yang meneruskan hitungan.

Pada hari H, overall semua berjalan lancar dengan sedikit kendala disana sini yang masih tergolong wajar. Setiap pagi dilakukan briefing dan ditutup dengan evaluasi di sore hari.

Dan agenda terakhir kita adalah pembubaran di BNI Foodpark UGM, yang merupakan salah satu sister brand nya ECC selain Swevel. Konsep yang kita bawa, berangkat dari kesenjangan yang terasa antar bidang. Misalnya seorang LO yang kinerjanya begitu terlihat karena merupakan frontliner ,dibandingkan dengan bidang Teknis dan Media yang kinerjanya cenderung dibalik layar. Padahal sebenarnya setiap bidang bekerja dalam porsi yang sama. Dipadukan dengan tema Career Days XVI ‘Kamu Tahu, Kamu Hebat’, kita sepakat menetapkan dresscode nya adalah profesi. Gamesnya adalah membuat hal yang saat ini terbilang konyol menjadi ilmiah di tahun 2040, sesuai dengan profesi kita. Ada beberapa kata kunci yang bisa mengarah kepada Magic (Harry Potter) dan yang mengarah kepada Teknologi (Doraemon). Selanjutnya setiap yang datang akan mengambil undian berisi kata kunci, untuk duduk di meja yang sebelumya telah ditulis beberapa kata kunci. Ceritanya satu meja itu merupakan sebuah perusahaan yang akan menjual produk tertentu berdasar kata kunci yang telah diberikan. Kemudian setiap perusahaan akan mempresentasikan produknya di depan semua panitia. Games ini memiliki beberapa makna, yang pertama setiap profesi memiliki peran masing-masing yang tanpa peran salah satu dari mereka maka produk tersebut tidak akan jadi. Jadi nggak perlu lah, nyombong dan merasa paling berguna. Kedua, sistem undian bertujuan agar seluruh panitia dapat membaur menjadi satu dan tidak hanya bergaul dengan lingkarannya. Selain itu, setiap panitia akan ‘terpaksa’ berinteraksi dengan panitia yang lain, hanya untuk mencari meja yang sesuai. Ketiga, kreativitas. Jelas tanpa adanya kreativitas, hal konyol tidak dapat menjadi nyata dan terasa logis.

Dengan berakhirnya pembubaran panitia, maka selesailah tugas kita sebagai koordinator panitia Career Days XVI. Sampai jumpa di CD selanjutnya, mungkin. Well yaaa, hanya bisa berharap semoga kebersamaan kita tidak hanya sebatas kontrak proyek.
 
 
 
 

Tuesday 2 September 2014

Happy Birthday!

Saya tidak pernah terlalu mengapresiasi hari ulang tahun,
selain hanya merayakan dengan refleksi diri dan membuat daftar resolusi baru. 
 
Karena saya selalu mendapatkan kado –atau yang saya anggap sebagai kado ulang tahun, yang selalu indah.
 
Tahun 2011, ulang tahun ke- 18. Saya diterima di UGM, salah satu universitas paling bergengsi di negeri ini, dengan jurusan yang sesuai dengan passion saya. Urban and Regional Planning! Tidak ada kado lain yang saya harapkan selain tiket menuju masa depan yang lebih baik, right?

Tahun 2012, ulang tahun ke-19. Pertengahan tahun itu saya berkesempatan untuk jalan-jalan ke Nusa Tenggara Barat dalam sebuah ekspedisi bersama teman-teman satubumi, melihat tempat-tempat paling amazing yang pernah saya kunjungi. Tambora-Pulau Moyo-Pulau Satonda-Pulau Lombok. Selengkapnya bisa dibaca disini.

Tahun 2013, ulang tahun ke-20. Pertengahan tahun itu saya juga berkesempatan menginjakkan kaki di Bangkok, Thailand dalam sebuah Kuliah Kerja Perencanaan bersama teman-teman jurusan. Cerita tentang Bangkok, bisa dibaca disini.

Tahun 2014, ulang tahun ke-21. Pertengahan tahun ini saya tidak hanya berkesempatan merasakan kehidupan di perbatasan Indonesia selama kurang lebih 2 bulan dalam kegiatan KKN, saya juga menemukan keluarga baru, lingkaran baru yang begitu solid. Postingan cerita tentang KKN menyusul ya. Terimakasih Tuhan, salah satu kado ulang tahun terindah dalam hidupku :)
 
Dan ditengah lingkaran baru saya itu, yang tahu tanggal lahir saya dari fotokopi KTP yang dikumpulkan untuk membeli tiket kapal, mau repot-repot menceburkan saya ke laut, memberikan surprise dan juga ritual sederhana tiup lilin, kemudian satu persatu bergiliran memberikan doa secara personal diiringi tepuk satu jari, sebelum akhirnya minta ditraktir. Hahaha. Anyway, terimakasih banyak guys :)
 
 
Ini nih si tangan-tangan nakal

Terlalu banyak hal yang semestinya saya syukuri dalam hidup. Mungkin bagi orang lain kedengarannya biasa saja, tapi melihat perjalanan saya mendapat semua ini, dan memandang dari sudut pandang tertentu, rasanya sungguh berbeda. Saya memiliki rumah dimana kapanpun saya selalu bisa pulang, kendaraan bermotor yang mendukung mobilitas saya, keluarga yang selalu percaya dan memberikan dukungan pada apapun yang saya pilih, berbagai pengalaman dan kesempatan bersama teman-teman di lingkaran saya, dan juga berbagai fasilitas pendukung yang bersifat materi. Serta komponen penting yang sering kali terlupakan dan baru terasa ketika kita kehilangan: kesehatan, dan juga teman baik. Mungkin saya akan menjabarkan paragraf satu ini dalam sebuah postingan lagi.

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan? –QS. Ar Rahman: 13
 
 

Tuesday 10 June 2014

Benci

Saya membenci dia. Membenci segala sikapnya, kebiasaannya, pola pikirnya, caranya mengambil keputusan, dan entah apa lagi yang bisa saya benci darinya. Saya membenci dalam diam, tak pernah membentak, menggerutu, atau sekedar berkata padanya: saya membenci kamu.

Saya bahkan rela merusak diri saya sendiri hanya supaya saya berbeda darinya. Saya membenci satu hal kecil apapun yang menjadi kesamaan kita.

Saya tahu, bukan begitu caranya membenci. Kita tidak selamanya bisa lari dari konflik. Tapi saya lebih suka begini, tak perlu merasa menjadi orang jahat, dan tak perlu memiliki beban saat membenci dia.

Pertanyaannya, siapakah saya, siapakah dia, apakah ternyata diam-diam kita saling membenci?
Apakah suatu hari nanti kita bisa berhenti membenci?

Aah terlalu banyak pertanyaan. Jalani saja apa adanya. Tapi teman, sebelumnya kau harus tau bahwa membenci itu tidak menyenangkan.

Saturday 24 May 2014

Integrasi Sistem Transportasi Kota Bangkok

Moda Transportasi di Bangkok
Bangkok merupakan salah satu potret kota besar di negara berkembang yang sukses dalam menyediakan sistem transportasi massal. Sistem transportasi Kota Bangkok saat ini tergolong mudah dan efisien dengan berbagai alternatif moda transportasi yang saling terintegrasi satu sama lain. Beberapa pilihan moda transportasi di Kota Bangkok antara lain adalah Bangkok Transit System (BTS Skytrain), Mass Rapid Transit (MRT) atau kereta bawah tanah, Buss Rapid Transit (BRT), Airport Rail Link (ARL), taxi, waterways atau water taxi, dan moda transportasi lokal yaitu tuktuk. Sebagai daerah tujuan wisata, hal ini sangat memudahkan wisatawan dalam melakukan mobilitas dari satu objek wisata ke objek wisata yang lain sehingga menjadi salah satu faktor pendorong berkembangnya pariwisata Bangkok yang selalu diminati wisatawan mancanegara. Selanjutnya, pembahasan ini akan lebih difokuskan pada moda transportasi BTS Skytrain dan Waterways.


Latar belakang dibangunnya BTS: Kemacetan dan Destinasi Wisata

Peningkatan kemacetan yang disebabkan tidak sebandingnya antara laju pertambahan kendaraan pribadi dengan laju pertambahan lebar jalan, menjadi permasalahan utama di banyak negara, tak terkecuali Kota Bangkok, Thailand. Pada awal tahun 1990-an, kemacetan di Kota Bangkok merupakan salah satu kemacetan yang tergolong cukup parah di dunia. Kemudian pemerintah Thailand merencanakan membangun moda transportasi massal yang efisien dengan teknologi canggih untuk mengurangi kemacetan sekaligus untuk memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat, yaitu BTS Skytrain. BTS Skytrain adalah moda transportasi berupa kereta massal yang melintasi kota yang relnya berada diatas jalan layang. Namun Pada tahun 1992 terjadi konflik politik yang menyebabkan pembangunan BTS Skytrain ini sempat terhenti, sehingga BTS Skytrain ini baru mulai beroperasi di tahun 1999. 

Selain untuk mengurangi kemacetan dan untuk memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat Bangkok, pembangunan BTS Skytrain ini juga bertujuan untuk memfasilitasi wisatawan yang berkunjung ke Bangkok. Tidak dapat dipungkiri bahwa transportasi merupakan komponen penting dalam pariwisata. Kemudian dalam rangka menunjang fasilitas pariwisata, setelah sukses dengan BTS Skytrain, pemerintah Thailand menggandeng swasta untuk membangun Mass Rapid Transit (MRT) dan Buss Rapid Transit (BRT).

Jalur dan Jangkauan BTS

Panjang rel Skytrain sekarang ini mencapai 55 km, menempuh 480 perjalanan, atau 1,100 km perhari. BTS SkyTrain saat ini memiliki 2 jalur, yaitu BTS Skytrain Silom Line dan BTS Skytrain Sukhumvit Line. BTS Skytrain Silom Line beroperasi dari National Stadium setelah Stasiun Siam dan berakhir di Ratchaphruek di bagian selatan, dan sesuai dengan jalur yang dilayaninya diberi kode South (S) dan diberi nomor dari S1, S2, dst. Sedangkan BTS Skytrain Sukhumvit Line beroperasi dari Mo Chit di ujung utara hingga Bearing di sisi timur, dan jalur layanannya diberi kode North (N), West (W), dan East (E).Kedua jalur tersebut bertemu di Stasiun Interchange, yaitu Stasiun Siam. Semua jalur ini terletak di kanan sungai Chao Phraya kecuali beberapa stasiun terakhir jalur S (S7, S8, S9, dan S10).



Gambar1. Peta Rute dan Jangkauan BTS Skytrain

Kondisi Pelayanan, Perawatan, dan Jam Operasional
Kondisi baik di stasiun maupun di dalam BTS Skytrain tergolong aman, nyaman dan bebas tindak kriminal. Di stasiun BTS Skytrain tersedia pula skybridges(jalur pejalan kaki) dan beberapa fasilitas pelengkap lainnya seperti smallshop, cafe, dan mesin ATM.





Gambar 2. Kondisi Peron BTS (atas) dan Kondisi di dalam BTS (bawah)
Sumber: Dokumentasi Pribadi 2013

Kerena itu rel diperiksa setiap hari setelah kereta tidak beroperasi lagi. Yaitu antara pukul 01.00 - 04.00, setelah itu pelayanan dapat beroperasi dengan normal kembali pada pukul 06.00. BTS Skytrain beroperasi dari pukul 06.00-24.00 setiap harinya. 

Cara Mengakses BTS Skytrain
Tiket kereta BTS dapat dibeli di setiap stasiun, berupa tiket one-way, day pass (THB 100), atau monthly pass. One-way tiket harus dibeli dari mesin tiket menggunakan uang koin dengan menukarkan uang kertas ke uang koin di loket staff terlebih dahulu. Harga ditentukan sesuai jumlah stasiun yang Anda lalui, dapat dilihat langsung di samping mesin tiket.



Gambar 3. Tiket BTS Skytrain
Sumber: Dokumentasi Pribadi 2013

Waterways
Waterways merupakan moda transportasi air yang melewati Sungai Chao Phraya. Moda transportasi ini telah berkembang sejak dulu dan termasuk kearifan lokal yang bisa di adaptasi untuk sungai-sungai besar di Indonesia. Saat ini jalur waterways telah terintegrasi dengan jalur MRT di Stasiun Central Pier. Moda transportasi ini dapat dijadikan alternative karena terbebas dari macet dan kondisi pelayanannya yang tidak kalah dari transportasi darat.

Gambar 4. Moda Transportasi Waterways
Sumber: Dokumentasi Pribadi 2013



Gambar 5. Peta Jalur Moda Transportasi Waterways

Bentuk Integrasi Antar Moda Transportasi
Seperti telah disebutkan sebelumnya, system transportasi antar moda di Kota Bangkok telah terintegrasi dengan baik. Bentuk integrasinya adalah dengan adanya stasiun interchange untuk berganti moda atau berganti jalur seperti di Stasiun Siam, pengguna moda transportasi BTS Skytrain dapat berganti jalur dari BTS Skytrain Sukhumvit line dengan BTS Skytrain Silom line begitu juga sebaliknya. Selain itu, di Stasiun Sala Daeng dan Stasiun Asok, pengguna BTS Skytrain dapat berganti moda dengan MRT dan begitu juga sebaliknya. Sedangkan untuk interchange antara BTS Skytrain dengan waterways ada di Stasiun Central Pier. Sistem transportasi yang sudah saling terintegrasi seperti di Bangkok ini tentunya dapat dijadikan bahan referensi untuk di adaptasi di Indonesia demi tercapainya transportasi publik yang aman, nyaman, dan efisien. 


Gambar 6. Bentuk Integrasi Antar Moda Transportasi Di Bangkok




Thursday 20 February 2014

Suatu Malam di Kota Jogja

Mungkin merasa jenuh dengan kehidupan masing-masing,
atau memang merindukan suasana malam kota jogja 
bersama obrolan dengan topik yang bisa jadi apa saja.

Berjalan kaki dari tugu jogja menuju deretan kopi joss di samping stasiun tugu. Mengobrol dengan topik yang random, dari gender, dopamin dan oksitosin, sampai geomorfologi pulau jawa, dan topik lain yang sudah tak ingat lagi.

Kemudian duduk-duduk di pinggiran tugu kota jogja, mengamati kendaraan yang masih saja melintas di tengah pagi buta. Kali ini mengobrol tentang hijab sembari mengamati mereka yang sibuk berfoto ria bersama ikon kota ini.

Bermotor sepanjang malioboro menuju km nol, mengitari alun-alun, seputaran kraton, hingga lelah. Dan kamipun memutuskan pulang.


Tuesday 11 February 2014

Aku Tak Berhasil Menemukan Kotakku

Jadi ceritanya saya mau curhat.

Well, diantara seluruh masyarakat dunia yang selalu mengkotak-kotakkan segala sesuatu, contoh simple nya adalah blockade antara hitam dan putih. Mengapa harus hitam, mengapa harus putih? Maka tak akan ada ruang untuk si pecinta abu-abu seperti saya, baik secara konotasi maupun denotasi.

Dan kotak-kotak itu selalu ada dimana saja, kemanapun mata memandang dan kemanapun kaki melangkah. 

Dan tidak bisa dipungkiri, hampir selalu terjadi konflik, minimal konflik paradigma, antar kotak.

Akan selalu ada seseorang yang tidak menyukai konflik dan cenderung menghindarinya seperti saya, atau lebih tepatnya tidak mau memilih kubu. Memang, orang-orang seperti itu cenderung aman dari serangan kubu manapun tapi sekaligus berarti tidak bisa ikut bersukacita bersama salah satu kubu apabila mereka menang. Karena kami bukan bagian dari mereka, bukan bagian dari siapapun. Ya, kami hanya penonton yang independent. Efeknya, tentu saja tak akan ada pembela bagi kami ketika kebetulan kami terserang ketika sedang menonton.

Maka dari itu, memilih kotak menjadi penting untuk menjamin seseorang punya komunitas yang peduli dan akan membelanya. Selain itu, toh setiap orang juga merasa butuh pengakuan atas eksistensinya. 

Seseorang pernah berkata, “..  jangan menghindari konflik..” 
Toh ada kok yang namanya konflik sehat, justru dengan mengkomunikasikannya, berkonflik, kemudian akan menyelesaikan masalah.

Nah, kembali pada diri sendiri, sanggupkah kita hidup tanpa kotak karena tak berhasil menemukan kotak yang benar-benar click dengan diri kita masing-masing? Ataukah kita mulai mau berdamai dengan memilih keberpihakan?



Friday 7 February 2014

Kerja Serabutan

Ketika jamannya saya masih suka baca majalah bobo, baca novel, nonton film Indonesia apa sinetron gitu, atau kalau sekarang nonton drama korea, sering saya temukan sebuah setting yang ceritanya si tokoh utama berasal dari keluarga tidak mampu dan terpaksa harus bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Contoh yang saya ingat adalah si tokoh utama yang masih anak sekolahan membantu ibunya membuat makanan untuk kemudian dititipkan di kantin sekolahnya atau dijual langsung pada teman-temannya. Atau kalau yang berasal dari drama-drama korea, tokohnya itu kerja parttime tapi di lebih dari satu tempat, misalnya kafe, rumah makan, minimarket, dsb.

Kenapa kerja serabutan? Mungkin karena si tokoh yang bekerja itu bahkan sampai mau melakukan pekerjaan apapun terlepas dari rasa gengsi dan setidakmenyenangkannya pekerjaan itu demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Membabibuta melakukan pekerjaan apa saja yang masih bisa dikerjakan.

Kemudian saya jadi teringat akan kegiatan saya beberapa waktu yang lalu yang membuat saya menulis postingan ini. Beberapa waktu yang lalu saya harus nge-danus atau usaha mengumpulkan dana untuk suatu kegiatan kelompok yang dananya belum tercover sehingga menuntut kami memanfaatkan segala peluang bisnis yang ada. Dan ternyata danus itu sudah menjadi bagian hidup mahasiswa. Banyak cara nge-danus yang umum dilakukan mahasiswa, seperti jualan bunga pas wisudaan di GSP maupun di jurusan. Atau jualan jajanan pasar di kampus, bisa dititipin di kantin jurusan maupun dijajakan keliling-keliling. Kemudian ada juga yang suka ngamen di sunmor UGM atau buka stand Garage Sale yang isinya barang-barang jarahan lemari sendiri yang masih bagus dan layak jual. Dan yang juga nggak jarang dilakukan adalah jualan kaos dan sticker hasil desain sendiri.

Jualan jajanan pasar sama minuman di kampus, jualan Olive di GSP waktu SNMPTN. Karena baru pertama kali, nggak nyangka aja ternyata banyak juga saingannya. Dan mesti sabar nawarin jajanannya itu meskipun ditolak mulu, dan mesti tetep ramah meskipun capek.

Menjadi pekerja Document Center di acara Career Days UGM. Tugasnya cuma menerima orderan photo copy atau melayani yang mau beli alat tulis, dan menjadi kasir. Selama 2 hari dibayar Rp 200.000, 00. Malahan lebih besar daripada panitia Career Daysnya.

Menjadi panitia Career Days UGM. Nah karena tahun sebelumnya saya berada di lingkungan Career Days bukan sebagai panitia, tahun depannya saya memutuskan mengikuti tahapan seleksi untuk menjadi panitia Career Days. Banyak kok manfaat yang bisa di dapat dengan ikut kepanitiaan ini, dan yang jelas dapat uang saku.haha

Menjadi tukang parkir ketika ada acara Rossie goes to Campus yang mengundang Sheila on7 di fakultas teknik UGM. Jadi ceritanya ini bagian dari danusnya organisasi saya. Lumayan lah, satu malam satu orang dapat seratus ribu. Tugasnya jaga portal, mengecek KTM mahasiswa yang parkir di dalam, soalnya ini termasuk acara intern teknik, mengarahkan mereka untuk parkir di jurusan masing-masing, menulis plat nomer di karcis parkir, dan pas bubaran mengecek karcis parkirnya, dicocokkan sama plat nomernya. Dan itu harus dilakukan dengan ekstra cepat, mengingat ramenya kondisi pas bubaran konser. Dan untungnya nggak ada kasus kehilangan dan semacamnya waktu itu. Ternyata jadi tukang parkir itu nggak segampang keliatannya.

Input data dan seleksi job seeker nya Pertamina yang berkasnya banyak banget itu. Ini masih berhubungan sama ECC UGM yang ngadain Career Days.  Jadi kami udah dikasih form checklist kelengkapan berkasnya, yang berkasnya nggak lengkap langsung gugur. Trus posisi tertentu hanya menerima pelamar laki-laki, atau untuk posisi tertentu rata-rata nilai raportnya harus berapa, dsb. Kami suka ketawa-ketawa sendiri kalau menemukan hal-hal aneh kayak menemukan alat tes pengguna narkoba yang herannya ikut dikirim, atau kalau pas fotonya keliatan banget editannya biar keliatan good looking, dsb.haha

Menjadi asisten dosen Mata Kuliah Metode dan Teknik Rencana Kota yang kerjaannya membuat bahan ajar untuk mata kuliah tersebut, dengan dosen mata kuliah yang suka banget brainstorming. Jadilah terus terusan minta direvisi dengan ide yang macam-macam.

Lalu belakangan ini saya parttime di swalayan Kopma UGM dengan bayaran yang sebenarnya menurut saya antara insentif yang di dapat dengan waktu yang saya habiskan nggak seimbang. Jadi untuk setiap jam yang harus saya habiskan di sana, saya hanya di bayar dua ribu enam ratus rupiah. Menjadi HANYA karena dibandingkan sejuta aktivitas lain yang bisa saya lakukan yang tentu saja lebih bermanfaat untuk pengembangan diri seperti membaca buku, mengerjakan tugas, bersosialisasi dengan teman, nonton film, main sama jalan-jalan, olahraga jogging, dan aktivitas lainnya. Kalau pas jaga di penitipan barang harus mengucapkan greeting sama customer seperti “Terimakasih, selamat datang kembali..“ dengan senyum mengembang. Berhubung jadwal parttime ini sangat fleksibel, lumayan kok kalau berniat mengumpulkan uang dikit-dikit.


Semoga ketika sebuah mimpi terwujud, pengalaman kerja serabutan tadi berguna kalau mau kerja parttime di sela kehidupan perkuliahan di luar sana :)