Friday 27 April 2012

Puncak Pertama, Lawu 3264 mdpl

Selalu ada cerita di setiap perjalanan saya di atas gunung, mulai dari kena badai dan hampir hipotermia di merapi, jatuh dan ngguling2 di ungaran, dan nggak terkecuali outdoor –cara kami menyebut berkegiatan di alam bebas, kali ini. Weekend lalu, tepatnya tanggal 20-22 April 2012, saya bersama beberapa teman melakukan pendakian ke Gunung Lawu. Rencananya mau lewat candi cetho tapi karena melihat kondisi fisik teman-teman dan katanya kondisi medannya cukup berat, akhirnya kami lewat jalur cemoro sewu dan turun lewat cemoro kandang. Berangkat dari sekretariat SatuBumi jumat malam jam 18.30 kemudian mampir makan malam dan melanjutkan perjalanan. Sampai di basecamp cemoro sewu jam 23.00.

Keesokan harinya kami berangkat untuk mendaki sekitar jam 08.00 pagi. Setelah berjalan sekitar 20 menit kami menemukan pos sayur yang tadinya sempat kami sangka Pos I. Setengah jam kemudian kami sampai di Pos I, 2 jam kemudian kami sampai di Pos II, dan sekitar 1, 5 jam kemudian kami telah mencapai Pos III.  Untuk menuju Pos IV, kami harus melewati medan yang bertangga-tangga. Dan akhirnya sampailah kami di Pos V.

Start point: Basecamp cemoro sewu


Pos 1

Pos 2

Pos 3

Pos 4

Pos 5


Dari sinilah insiden itu terjadi: saya nyasar di Lawu yang merupakan gunung wisata dengan jalur yang sejelas itu. Silahkan menertawakan saya, teman-teman. Jadi ceritanya senior saya menyuruh saya untuk menyusul teman-teman saya yang sudah duluan jalan, karena senior saya itu masih ingin duduk sejenak di Pos V tersebut. Nah, saya melewati jalur yang berbeda dari yang dilewati teman-teman saya tadi. Saya cukup lam berputar-putar di daerah tersebut karena semua rasanya terasa sama dengan ilalang yang terus berulang. Akhirnya saya memutuskan kembali ke Pos V karena senior saya tidak segera menyusul. Dan namanya juga nyasar, ternyata saya bahkan tak bisa mencari jalan kembali ke Pos V. Saya mulai terserang panik, berusaha mengingat pelajaran yang diberikan oleh senior saya apabila tersesat di gunung: S-T-O-P yaitu Sit, Thinking, Orientation atau Observation, dan yang terakhir Planning.

Saya mulai berteriak memanggil teman-teman dan senior saya, mengambil peluit dari survival kit saya dan meniupnya sekencang mungkin, mencoba menyalakan handphone –dan sia-sia karena tidak ada sinyal di tempat setinggi ini.  No response. Saya mulai frustasi karena saat iu sudah sore dan sebentar lagi gelap. Saya duduk terkulai sambil menahan tangis.

Nggak, saya nggak boleh putus asa. Dan saya tetap memanggil-manggil senior saya sambil mencoba keluar dari lingkaran setan ini. Beruntung, senior saya sudah berada di punggungan seberang yang lebih tinggi dan melihat saya. Legaa sekali rasanya..

Kami memutuskan untuk nge camp di sendang drajat bersama beberapa pendaki yang lain dan summit attack keesokan harinya.


Sendang Drajat

Paginya kami memutuskan untuk memburu sunrise di puncak lawu. Berangkat dari sendang drajat sekitar jam 05.15 dan sampai puncak setengah jam kemudian. Yeaaaah, kami berhasil melihat keindahan matahari terbit di puncak argo dumilah tersebut, di ketinggian 3264 mdpl :D


Sunrise di Puncak Lawu


Saya dan puncak pertama saya, puncak Argodumilah :)


Kelelahan dan usaha melawan dingin yang menusuk tulang itu terbayar sudah. Setelah puas berfoto, kami kembali ke sendang drajat dan mulai turun melalui jalur cemoro kandang. Kami berhasil mencapai basecamp bahkan sebelum sore hari di hari yang sama.

Gunung Lawu, karena letaknya yang diperbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur menjadikan kedua basecamp tempat saya mulai mendaki dan tempat saya turun terletak di propinsi yang berbeda. Pulangnya, kami harus berjalan kaki menuju basecamp cemoro sewu tempat kami menitipkan motor kami. Kami berjalan kaki lintas propinsi, dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Terdengar lucu bukan, padahal kami hanya berjalan beberapa langkah.hahaa

Tidak sabar menanti petualangan berikutnya. Salam Lestari :)