Monday 19 December 2016

Resolusi

Udah basi kali ya, ngomongin resolusi hidup menjelang tahun baru. Tapi gapapa lah ya, hidup saya juga basi kok.

Entah sejak kapan, saya termasuk orang yang selalu bikin resolusi hidup. Ritual itu selalu saya lakukan menjelang tahun baru, menjelang tahun ajaran baru (semasa sekolah), dan menjelang ulang tahun. Soalnya semua 'yang baru' itu selalu bikin semangat, jadi pas aja dijadikan momentum buat merilis harapan, atau sekedar merefresh dan evaluasi.

Tapi sebenarnya saya udah berhenti melakukan ritual itu semenjak.. mungkin 2 tahun terakhir, atau mungkin lebih. Why? Gak tau, cara kerjanya udah ilang aja rasanya. It doesn't work anymore.

Gak ada satupun yang berhasil saya raih dalam checklist sesederhana apapun yg saya buat. Dulu saya pernah membuat daftar berjudul 100 target hidup (gak nyampe 100 juga sih padahal), dan satu persatu semuanya mulai menjadi nyata.

Ketika semua berantakan, saya enggan melakukan hal ini lagi.

Gak paham juga sebenernya gimana cara kerja yang benar, entah sugesti atau apa, yang jelas hampir semua obsesi yang saya tulis dalam daftar resolusi yang kemudian bisa saya bayangkan dengan jelas, bisa saya detailkan dalam beberapa langkah, bisa membuat saya merasa begitu bergairah layaknya ketika membaca buku Harry Potter, maka hal itu akan menjadi nyata. Karena saya memang membuat resolusi yang realistis.

Bahkan obsesi ringan yang gak sempat tertulis, yang muncul tiba2 tapi menimbulkan sensasi mendebarkan yang menyenangkan itu, bisa juga terwujud bahkan ketika kita sendiri sudah lupa pernah memiliki obsesi itu.

Harusnya ini cuma ada di diary pribadi saya, lalu kenapa akhirnya saya publish? Well, saya masih percaya bahwa semakin kita menyebarluaskan impian kita ke seluruh dunia, kita akan semakin dekat dengan impian itu. Cara kerjanya? Berharap aja yang baca tulisan ini ikut mengamini. Doa banyak orang, apalagi yang mendoakan diam2 tanpa sepengetahuan yang didoakan katanya ijabah loh. Selain itu, dengan mengabarkan kepada seluruh dunia mengenai apa yang kita inginkan dan harapkan, semoga aja seluruh alam semesta mau bekerja sama bahu membahu mendukung saya. Dengan cuaca yang bersahabat, misalnya. 

Dan ini bukan berarti saya penganut animisme dinamisme ya, saya masih percaya hanya pada Allah semata kok. Tapi saya percaya (menurut penelitian yg saya baca), kalau benda mati itu juga punya intelejensi. Misalnya air, dimaki-maki dan dibacakan ayat suci, molekulnya bisa jadi berubah bentuk. Juga tanaman, ketika dirusak oleh manusia, dia bisa mengenali manusia yang merusaknya. Ini terlihat dengan mesin poligraf, seperti eksperimennya Luther Burbank. Dan sesederhana cerita dosen, yang suka ngajak ngobrol mobil tuanya. Suatu hari ketika parkir, pak dosen bilang pada si mobil untuk beristirahat disini aja, dan ternyata pas itu ada maling mobil, tapi gak berhasil soalnya mobilnya gak mau gerak. Benda-benda di sekitar kita tau kok kalau mereka disayang.

So, sebenernya garis besar keinginan saya itu apa sih? Sederhananya, hidup bahagia dunia akherat. Well siapa sih yang gak pengen itu. Oke, spesifiknya saya pengen memiliki kehidupan yang seimbang. Saya bahkan membuat diagram dalam buku diary saya: Sustainable of Me.

Sustainable of Me menggabungkan empat aspek: religi, financial, social+family, dan aktualisasi diri. Pada masa itu saya baru mempelajari mengenai pembangunan yang berkelanjutan dari segi ekonomi, ekologi, dan sosial. Kemudian saya tercetus mengadaptasi untuk membuat konsep kehidupan saya yang berkelanjutan. Maksudnya imbang dunia-akherat.

Saya sangat paham bahwasanya sebagaimana konsep ideal pada umumnya, hanyalah utopia belaka yang tidak aplicable. Sehingga demi membuat konsep tersebut tetap realistis, saya membuat list mengenai targetan setiap aspeknya. Membagi-bagi dalam beberapa tugas kecil, sehingga saya tidak merasa frustasi untuk mengamalkannya. 

Misalnya saya membagi aktualisasi diri menjadi fisik+psikologis, ability, dan hobby+leisure. Untuk fisik+psikologi, tergetan utama adalah sehat. Maka untuk mencapai sehat, diperlukan olahraga teratur, konsumsi buah dan sayur, dan pola hidup sehat lainnya. Olahraga teratur bisa dilakukan dengan jogging dan berenang minimal seminggu sekali. Dan seterusnya, dan seterusnya penjabaran setiap aspek hingga detail.

Wah tulisan ini mulai sangat membosankan bukan? Mari kita langsung menuju poin pentingnya saja.

Harapan terbesar saya saat ini adalah pengen cepet lulus biar bisa cepet punya pendapatan sendiri, biar gak ngerepotin orangtua lagi. Soalnya saya memasuki fase deadlock, yang mana satu-satunya jalan keluar agar hidup saya kembali mengalir adalah dengan menyelesaikan tugas akhir saya.

Pengen kerja dimana setelah lulus? Pengen jadi PNS? Pertanyaan itu kalo diajukan semasa saya masih sok idealis, saya akan bilang gak mau jadi PNS. Alasannya? Setahu saya banyak kinerja PNS yang kurang baik, walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa itu hanya oknum, dan bahwa saya tidak tahu banyak. Tapi kalau pertanyaan itu datang saat ini, mungkin akhirnya saya sadar bahwa sepertinya lulusan jurusan saya memang dicetak untuk mengabdi kepada negeri. Bisa saja mengelak, tapi hatimu pasti tau peranmu semestinya dimana. 

Maka saya ingin mencicipi bekerja untuk pemerintah di kementerian. Alasannya? Menurut saya, dengan berada di sistem yang lebih besar akan mempermudah kita melihat pemasalahan secara lebih menyeluruh, lensa zoom in-zoom out nya lebih terasah lah ya. Dan demi menghindar dari urusan politik, target terbesar saya di bidang karir adalah bekerja untuk NGO internasional yang fokus pada permasalahan global. Kok saya bisa bilang bekerja di NGO bisa menghindarkan diri saya dari politik? Karena setiap negara pasti berpolitik, maka setiap keputusan yang diambil harus mengikuti politic will dari pemegang kekuasaan. Ah, mungkin saya terlalu banyak membaca tulisan2 kiri. Sedangkan sebagai aparat pemerintah, kita harus tunduk pada keputusan pemimpin negara. Maka saya ingin menghindar dari urusan negara, biar orang lain saja lah yang mengurusi itu. Saya hanya ingin bekerja sebaik-baiknya untuk kesejahteraan semua umat manusia, tidak peduli warga negara, kebangsaan, warna kulit, agama, apalagi politik. Semoga saja di dunia ini memang ada NGO yang benar2 independent dan murni berniat membangun untuk kebaikan semua umat. Bayangan saya sih ya, bisa berupa NGO yang fokus pada ruang terbuka publik yang humanis gitu. Bisa apa aja sih fokus NGO nya, asalkan masih sesuai sama bidang dan hati nurani saya.

Wuih, ini sih curhat sekaligus pencitraan kali ya. Bodo amat, wong blog pribadi saya, salah sendiri kepo!

Segitu dulu aja deh, makasih loh yang masih betah kepo sampe sini. See you on top ya!

No comments:

Post a Comment