Wednesday 19 October 2016

Dongeng (bagian 1)

Diantara hujan badai keresahan yang melanda, aku mencoba masih mendengarkan dentingan Logika yang mengalun sayup-sayup di udara yang begitu pekat oleh kemunafikan ini. Aku hanya penasaran, sebenarnya apa yang tengah terjadi hingga Perasaan bisa mencengkram erat kaki-kaki mungil yang hendak melangkah. Mungkin Logika bisa menuturkan kisah itu melalui gendingnya.

Gending Logika selalu mengalun mengiringi drama Perasaan. Namun tak jarang orang hanya menikmati alur teatrikal yang diperankan sebegitu hebat oleh Perasaan, tanpa mengindahkan alunan Logika yang sebenarnya merupakan pelengkap dalam pentas ini.

Alkisah Logika dan Perasaan merupakan pasangan romantis yang bersemayam dalam satu tubuh. 

Perasaan memiliki banyak anak, yang terbagi menjadi dua kubu besar: kubu hitam dan kubu putih. Kubu hitam terdiri dari amarah, benci, iri, dengki, dendam, sedih, takut, cemas, dan teman-temannya. Sedangkan kubu putih terdiri dari cinta, rindu, sayang, senang, gembira, bahagia, simpati, haru, dan teman-teman yang lain. Sebagian dari mereka memang saling bertolak belakang, tapi masing-masing kubu tidak pernah bisa dikategorikan sebagai kubu yang jahat atau kubu yang baik. 

Karena ada Perspektif yang berperan sebagai hakim dalam setiap permainan kecil dan persaingan sengit di antara mereka. Perspektif memiliki banyak muka, itulah mengapa Perasaan tak pernah bisa murni benar atau salah. Selain itu, ada juga anak Perasaan yang berdiri diantara dua kubu, yaitu kosong dan hambar. Mereka jarang terlibat konflik, tapi biasanya muncul ketika perseteruan semakin kompleks dan nyaris seri.




No comments:

Post a Comment