Tuesday 2 January 2018

Blur

Salah satu hal paling tidak menyenangkan di dunia ini adalah kehilangan fokus. 

Kehilangan fokus bisa menyebabkan menuangkan sampo ke tangan alih-alih sabun cair, padahal awalnya gak berniat keramas. Bisa juga menyebabkan mau kemana malah belok kemana, jadi harus muter-muter dulu. Dan entah masih banyak lagi.

Akhir-akhir ini saya banyak sekali melakukan kebodohan. Dan kebodohan paling hakiki adalah kehilangan simcard yang baru dibeli buat pasang paket data 3 bulan ke depan. Padahal selama ini selalu kikir banget soal pengeluaran buat pasang paket internet, teramat sangat gak rela beli lagi. Harga perdana paket datanya sama kayak tarif hairspa di Larissa, lah mending buat nyalon ya.

Setelah sebelumnya salah naik gojek (salah driver). Jadi si bapak gojek itu bukan gojek yang saya order. Jangan heran, pokoknya bisa aja laah, kalau saya mah. Lalu gabisa cetak kartu ujian sampe frustasi padahal salah masukin nomer doang (yang harusnya nomer ujian malah dimasukin nomer registrasi); dan ketemuan teman buat ambil barang trus ternyata barangnya malah ketinggalan di tempat ketemuan.

Bahkan sesederhana bengong dulu beberapa detik di depan mushola sambil mengamati gerombolan sandal dan sepatu. Lupa tadi pake alas kaki apa.

Well, salah satu kebodohan saya yang lain adalah salah wilayah survey lapangan. Jadi seharusnya saya survey daerah X, tapi yang saya justru survey daerah Y. Sejujurnya ini memang fatal. Untung kali ini bisa dicover sama google street view. Oh god, terimakasih sekali atas kemajuan teknologi saat ini. Gak kebayang deh, kalau kesalahan ini terjadi ketika saya diminta meliput suatu acara di luar negeri. Pertama, acaranya cuma berlangsung sekali. Sekalinya saya salah meliput acara lain, gak ada lagi acara ulangan yang bisa saya liput. Pun, apabila saya bisa meliput ulang karena acaranya berlangsung beberapa hari, saya belom tentu punya uang untuk kembali lagi ke luar negeri untuk menebus kesalahan pribadi saya (anggaplah tiket sebelumnya dibayarin kantor). Jadi ini memang fatal. (Btw ini drama banget ya analogi yang saya ambil)

Tapi lantas, apakah saya menjadi trauma kalau diminta jadi surveyor? Tidak boleh. Mungkin rada gak nyambung ya, tapi saya tiba-tiba teringat kutipan anonim: kamu boleh patah hati, tapi jangan tutup hatimu. Menurut saya, semua kebodohan dan kesalahan yang terjadi bukan untuk terus menerus disesali berlarut-larut, tapi harus dipertanggungjawabkan dan dijadikan pelajaran berharga agar kelak tak terulang lagi (semoga).

Yang patut disyukuri, tidak pernah separah kejadian dalam film A Moment to Remember, beli sesuatu di minimarket trus bayar eh barangnya ketinggalan di kasir. Kalau sudah begitu, lebih baik saya pulang saja sebelum melakukan kesalahan konyol lainnya. Tapi tenang saja, tidak setiap hari saya begitu.

Menjadi seorang saya yang sering kali tidak fokus saja sudah sangat melelahkan. Maka saya heran dengan mereka yang dengan sengaja mengurangi level fokus dan tingkat kesadaran mereka dengan mengonsumsi hal-hal yang menimbulkan dampak demikian. Rasanya ingin berteriak di depan muka mereka, MBOK SINI TUKERAN! Saya yang kadang punya pikiran berkabut saja mati-matian menjernihkan pikiran. Nah situ, malah sengaja bakar-bakar. Kan kesel ya, saya. Saya bohong kalau mengatakan no offense, saya memang ofensif.

Btw tau nggak, kenapa akhirnya hari ini saya memutuskan memilih topik ini? Jadi hari ini saya menyadari bahwa saya baru saja melakukan kebodohan lagi. Petang ini dalam obrolan lincak, ada seorang teman yang sambil lalu menanyakan perihal hasil seleksi pegawai kontrak non PNS DIY yang saya ikuti beberapa waktu yang lalu. Dan saya menceritakan bahwasanya tidak ada kejelasan pengumuman. Kata temen saya yang lain sih, jangan berharap pada seleksi daerah macam ini karena toh seleksinya pasti hanya formalitas karena tetap saja sudah titipan. Lalu teman saya yg bertanya di lincak bilang kalau adeknya lolos. Nah, lalu saya langsung browsing pengumumannya dong. Dan saya tersadar, rupanya saya melewatkan pengumumannya. HAHAHA

Jadi kenapa ini bisa terjadi? Ceritanya begini, pemprov DIY mengadakan rekruitmen dengan timeline nya sangat padat, dimana pengumuman rekruitmen baru di publish awal Desember, dua hari kemudian pendaftaran online, dan sehari kemudian memasukkan berkas ke kantor, proses rekruitmen berakhir pada akhir Desember. Singkat cerita, dijadwalkan pengumuman seleksi Tes Kompetensi Dasar (TKD) tgl 19 Desember. Lalu saya sudah memantau web sedari tanggal-tanggal itu hingga liburan natal. Dan memang ada berita yang mengabarkan pengumumannya mundur hingga waktu yang tidak ditentukan, jadi harus sering-sering cek website. Saya terus memantau dan bahkan browsing via google kalau-kalau ternyata saya salah website.

Kebetulan kakak saya pulang ke Jogja pada saat longweekend natal, lalu saya terdistraksi dengan acara jalan-jalan hingga tgl 28 Desember. Lalu sudah masuk liburan tahun baru, sehingga saya berpikir tidak mungkin seleksi selanjutnya diadakan pada hari libur. Lalu saya melupakannya begitu saja, hingga hari ini. Dan baru tadi saya menemukan pengumumannya baru di launching tgl 26 Desember dengan jadwal tes selanjutnya tgl 27-28 Desember. Oke, baiklah saat itu saya pasti sedang sibuk jalan-jalan ke Hutan Pinus Imogiri, Candi Ijo, dan Tebing Breksi. Wkwk

Pesan moralnya, namanya rejeki kan udah ada yang mengatur ya, jadi kalau saya melewatkan pengumuman ini ya mungkin saja memang bukan rejeki saya kan ya. Dan sepertinya saya memang tidak lolos seleksi. Kendati demikian, digantung tanpa kepastian itu sangat tidak menyenangkan. Saya sempat uring-uringan karena tidak ada kejelasan dari lowongan-lowongan pekerjaan yang saya apply. Maka pesan moral ke-2, kalau gak suka digantung ya jangan menggantung. Apalagi menggantungkan perasaan orang lain, sakit mas!

Well, beberapa bagian dari tulisan ini sudah sempat saya post di twitter. Anggaplah ini versi lengkapnya. Haha

No comments:

Post a Comment