Saturday 5 November 2016

Surabaya

Pada suatu weekend yang telah lama berlalu, saya meet up sama kakak saya di Kota Surabaya. Saya berangkat dari Kota Jogja sementara kakak saya berangkat dari Kota Jember. Ceritanya kakak saya mau tes IELTS di kota ini, kota besar terdekat dari kota tempat kerjanya. Sebenarnya saya sudah pernah ke Surabaya sebelum ini, namun rasanya saya masih sama butanya dengan perjalanan sebelum ini. Kala itu saya ke Surabaya juga dengan alibi menjenguk kakak saya yang sedang PKPA di RSUD Soetomo.
Dengan alibi menemani kakak saya tes, berangkatlah saya dari Jogja hari sabtu pagi (21/05) dan sampai disana sekitar jam 3 sore pada hari yang sama. Perjalanan konyol ini rupanya sudah dimulai disini dengan kesalahan saya keluar dari stasiun. Seharusnya saya keluar di Stasiun Gubeng Lama, tapi saya malah keluar di Stasiun Gubeng Baru. Malam sebelumnya kakak saya menginap di My Studio Hotel, yang terletak 5 menit jalan kaki dari Stasiun Gubeng Lama, karena selain dekat dengan stasiun juga berdekatan dengan tempat tesnya, IALF.

Saya sebenarnya sudah agak sadar kalau keluar di pintu yang salah, tapi saya pikir tak apa toh cuma jalan kaki lebih jauh sedikit. Berhubung kakak saya dapat jadwal speaking sore, saya disarankan untuk main ke Grand City Mall saja sambil menunggu dia selesai tes. Dari Gubeng Baru, saya jalan ke arah utara setelah sempat mengecek di google maps. Menurut google maps, saya tinggal menyeberangi rel dan mengikuti jalan maka saya sudah sampai di Grand City. Saya sudah berjalan kaki cukup jauh menyusuri rel, namun tidak ada tanda-tanda ada jalan untuk menyeberangi rel selain jalan layang yang ada di atas rel (relnya dikasih pagar tinggi). Lalu saya membuka google maps lagi, dan ternyataaaa saya sudah semakin menjauhi lokasi. Akhirnya saya memutuskan kembali ke stasiun sambil memperhatikan apakah saya melewatkan suatu terobosan untuk menyeberang rel. Dan sepertinya saya tidak melewatkan apapun. Maka saya bertanya pada petugas parkir, jalan tercepat menuju Grand City yang bisa ditempuh degan jalan kaki. Ternyata saya hanya harus menaiki tangga dibawah jalan layang itu maka saya sudah berada di atas jalan layang dan tinggal lurus menuju Grand City.

Satu pelajaran berharga dari perjalanan ini, ketika ngebolang di kota orang, pastikan lebih memercayakan bertanya pada masyarakat lokal ketimbang gps gadget!

Baru sampai depan Grand City udah ditelpon, kakak saya rupanya sudah selesai tes. Jadi kami memutuskan untuk bertemu di My Studio Hotel. Rencananya kami memang berniat pindah hotel berhubung My Studio Hotel adalah tipikal hotel untuk bacpaker sehingga rasanya kurang nyaman dengan privasi yang minim. My Studio Hotel hanya menyediakan semacam kapsul, berupa tempat tidur bertingkat yang ditutup dengan tirai, yang hanya cukup untuk tidur. Sedangkan barang yang kita bawa bisa disimpan di loker yang disediakan. Harga menginap semalam di single room adalah 150k.

Kami memutuskan pindah ke hotel yang lebih low budget. Kata kakak saya ada hotel murah yang semalam hanya dikenai 50k, namanya Bhinneka 2. Hotel Bhinneka 2 letaknya rada ke selatan, lumayan dekat dengan Stasiun Wonokromo. Menurut google maps, sekitar 15 menit naik kendaraan bermotor dari lokasi sekarang kami berada. Kami naik taksi ke Bhinneka 2, dengan membayar 30k.

Ternyata setelah sampai di sana, kami mendapati sebuah fakta bahwa harganya sudah berbeda jauh. Kakak saya ternyata mendapat informasi itu hanya dari internet yang sumbernya tidak jelas. Kamar paling murah seharga 165k, dengan fasilitas bed, kamar mandi dalam, tv, dan fan. Sedangkan kamar yang AC harganya 200k. Berhubung Surabaya panasnya naudzubillah, kami memilih yang AC.  Rada horor gitu hotelnya, catnya sudah mengelupas di beberapa sisi kamar. Tapi udah terlanjur sampai sini sih, yaudahlah kami juga lelah.

Setelah itu kami leyeh-leyeh sembari menikmati AC kamar sampai maghrib, sholat, mandi, sholat isya, terus browsing sambil liat-liat google maps, cari tempat makan di sekitar situ yang bisa sekalian buat nongkrong cantik bertukar kabar dan cerita. Dan kami baru menyadari ternyata hotelnya itu rada terpencil, gak ada lokasi bagus yang bisa jalan kaki aja. Hasil menjelajahi google maps, kami menemukan sebuah tempat yang lumayan dengan interior menarik, 11 menit jalan kaki kata google maps. Kami makan malam sekalian nongkrong cantik di Libreria Eatery. Pulang jam setengah 11, mampir indomaret, sampai hotel jam 11. Lantas tidur.

Paginya kami bangun, sholat shubuh kemudian mendiskusikan untuk pindah hotel aja yang lebih deket sama pusat kota buat menghemat waktu dan ongkos transport. Tercetuslah buat mencoba nelpon Hotel Gubeng. Kenapa Hotel Gubeng? Soalnya deket banget sama stasiun, tinggal jalan kaki 5 menit juga sampai. Ada kamar kosong tinggal 1, kelas ekonomi. Harganya 140k, kamar mandi dalam, fan, tv. Check in bebas tp check out jam 12. Akhirnya kami ambil deh. Setelah check out jam setengah 8, kami langsung nyegat taksi ke gubeng, kena 22k, terus check in sama naruh barang di Hotel Gubeng. Begitu masuk kamar, kami langsung merindukan AC di kamar lama.

Berhubung sejak pertama kali saya ke Surabaya, saya udah pengen banget ke Museum Sampoerna, pagi itu kami memutuskan main kesana. Meskipun kakak saya rada ogah soalnya udah dua kali kesana. Kami order gojek ke Sampoerna, satu gojek kena 17k. Sampai sana jam 9 kurang, museumnya belum buka. Terus mau naik bus heritage tour tapi penuh, pas banget yang daftar sebelum kami itu dapet seat terakhir. Berarti memang bukan rejeki. Kamipun daftar buat tour selanjutnya jam 1 siang nanti. Terus nunggu bentar, masuk museum, keluar museum masih jam setengah 11.

Sambil menunggu jam 1 siang, kami mencari tempat asyik yang bisa 10 menit jalan kaki. Lagi-lagi kami menjelajahi google maps, dan menemukan Jembatan Merah Plaza. Lalu kami jalan kaki ke JMP, ngirain mall ternyata cuma pusat grosiran. Masih mending ternyata bukan cuma jembatan. HAHAHA
Kami memutuskan cari makan aja berhubung paginya cuma sarapan roti, tapi ternyata tidak ada foodcourt di sini. Ada sih di lantai paling atas tapi ternyata belum buka, masih dibangun gitu. Sebenarnya ada banyak yang jual makan di luar JMP, tapi kami nggak mau soalnya kumuh gitu. Akhirnya kami ngemper-ngemper gak jelas gitu di JMP.

Kami punya 2 opsi: langsung ke Tunjungan Plaza sambil nunggu acaranya IDP di Sheraton Hotel jam 2 nanti, atau ke Museum BI yang kata google maps ada di sekitar JMP terus cari makan sambil nunggu jam 1 dan balik ke Museum Sampoerna, naik bus heritage sampai jam 2 terus langsung cus ke Sheraton. Setelah diskusi bentar akhirnya terpilih langsung ke Tunjungan Plaza.

Kita memutuskan mencoba naik len (angkot) soalnya udah pernah taksi sama gojek. Di taman depan JMP banyak angkot ngetem tp katanya gak ada len yang ke TP. Adanya bus damri yang nunggunya di pojokan. Pojokannya gak jelas yang mana, kita jalan aja, nyebrang jalan yang sama sampai 3 kali terus browsing. Nunggu di samping Hotel Ibis, ternyata gak lewat. Nah terus jalan terus sampai tikungan. Akhirnya naik taksi. Kalau ujung-ujungnya naik taksi kenapa gak dari awal aja ya, heu. Lagi-lagi menurut google maps, sebenernya dekat cuma 3 km dan tinggal lurus-lurus aja tapi entah malah diputerin dan kena macet karena bubaran Parade Bunga yang finish nya di balai kota, deket Tunjungan. FYI, hari itu memang pas ada Parade Bunga dalam rangka peringatan hari jadi Kota Surabaya ke-723. Udah ngelewatin TP pas argo belum nyampe 20k, tapi mesti muterin jalan dulu dan pas turun depan TP 1 argonya udah 38k :(

Yeaaay, akhirnya masuk TP dan hal yang pertama kami cari adalah foodcourt di lt 5. Habis kenyang, kami baru mencari mushola yang ternyata ada di tempat parkir lantai atasnya foodcourt. Setelah itu kami langsung ke Sheraton yang pintunya nyambung gitu sama mall. Terus masuk sekitar jam 2, keluar jam 4. Sholat ashar di TP lagi. Nah ini mulai gak beres, masa kami udah lupa jalan menuju mushola.


Kami memutuskan mau mampir Gramedia yang ada di TP mumpung di Surabaya, soalnya di Jember toko bukunya gak terlalu besar. Udah muter-muter tapi kami gak kunjung menemukan Gramedia, padahal tadi pas awal masuk sebelum makan udah sempet liat tapi lupa dimana. Cuma inget di lt 4, di lantai sebelum foodcourt. Kita muter-muter di lantai 4 yang berujung nanya sama satpam dan dikasih tau bahwa Gramedia ada di lt 4 TP 1. Ternyata kita udah nyasar sampai TP 5. Sumpah, gede bet nih mall.

Akhirnya ketemu lah si Gramed yang ternyata berada persis di bawah foodcourt. Yang dekat kadang malah gak terlihat, kuman di ujung lautan malah tampak. Ceritanya kakak saya sedang mencari buku IELTS tapi gak menemukan yang bagus. Pas ada yang bagus tinggal 1 aja, dan CD interaktifnya udah gak ada. Gak terasa ternyata udah jam 6 aja. Kamipun sholat maghrib di mushola tadi. Sempet bingung dan muter-muter bentar akhirnya memutuskan naik ke lantai atas aja terus muter lewat foodcourt aja. Rada muter gapapa deh yang penting jalannya udah familiar daripada nyasar lagi. Kami lelah nyasar.

Sholat maghrib sekalian isya, terus makan di foodcourt lagi, terus memutuskan jalan ke Gramedia yang ada di luar TP yang lagi-lagi kata google maps cuma 10 menit jalan kaki. Padahal sebenernya rasanya udah mau pingsan saking capeknya. Dan harus tetep fokus soalnya udah gak punya tenaga buat nyasar, juga soalnya gak bisa minta rescue atau minta dijemput aja sama temen atau sodara. Untunglah kami tidak perlu melewati proses nyasar untuk sampai di Gramedia satu ini, gedungnya unik, suasananya menyenangkan, capeknya mendadak hilang. Langsung menuju lt 2. Eh nemu buku yang pengen dibeli dan gak ada di Gramedia TP: Little Prince sama buku IELTS. Seneng bangeeet. Terus sempet muter2 sejam lah, liat buku buat bikin buku digital juga. Ih keren abis nih teknologi, kreatif. Bikinan indonesia katanya. Kita pulang jam 9 lebih lah, langsung nyegat taksi depan gramed. Kena 15k sampai Hotel Gubeng. Mandi terus langsung tepar. What a so long day.

Paginya bangun jam setengah 4 soalnya keretanya kakak saya Probowangi berangkat jam 4.25. Saya menemani kakak saya jalan kaki 5 menit ke Stasiun Gubeng Lama. Karena kereta saya Logawa jam 09.15, saya balik lagi ke hotel buat sholat shubuh, nonton tv, mandi, dan tidur-tiduran sebelum akhirnya check out dan pulang ke Jogja. Dengan melajunya kereta api menuju Jogja, berakhirlah weekend hectic yang kami rayakan di Surabaya.

Saya dan satu-satunya kakak saya itu memang punya problem yang sama dalam hal spasial aka sering nyasar bahkan di kota kami sendiri, Jogja. Gak di gunung, gak di dalam mall, di kota sendiri maupun di kota tetangga saya tetap saja nyasar. Anw selamat merayakan weekend, semoga weekendmu menyenangkan! :)

No comments:

Post a Comment