Monday 11 March 2013

Opini: Iklan


Sebenarnya iklan yang membentuk paradigma kita atau justru sebaliknya?

Hal itu merupakan hubungan timbal balik, seperti menanyakan yang mana yang lebih dulu, antara telur atau ayam. Semua orang pasti memiliki jawabannya sendiri, tentunya dengan alasan tertentu.

Iklan terbentuk atas paradigma masyarakat karena memang itulah tujuan iklan ada. Untuk menarik seseorang akan suatu produk tertentu. Untuk itu diperlukan informasi mengenai apa yang menarik, yang membuat seseorang menjadi tertarik untuk menggunakan atau membeli produk tersebut. Apabila tidak mengikuti cara berpikir masyarakat, tentu saja iklan tersebut tidak akan menjual. Nah, dengan begitu berarti iklan diciptakan menurut pola pikir masyarakat. Misalnya iklan-iklan sampo atau pasta gigi yang menggunakan orang-orang barat yang ceritanya sebagai ahli produk tertentu. Mengapa tidak menggunakan orang negro atau orang Indonesia asli sebagai modelnya? Tentu saja untuk mengusung agar produk tersebut terbilang ilmiah, dan karena paradigma masyarakat yang terlanjur beranggapan bahwa orang-orang ahli atau ilmuan itu adalah orang-orang luar negeri, dalam hal ini bangsa kulit putih. Padahal bisa saja orang Indonesia menjadi seorang ahli kan.

Namun sebenarnya justru iklan itu, baik secara langsung maupun secara tidak langsung membentuk pola pikir masyarakat. Bersamaan dengan media, iklan membentuk pola pikir kita. Misalnya iklan-iklan produk perawatan tubuh  menciptakan sebuah paradigma bahwa cantik itu yang kulitnya putih, kurus, berambut lurus, dan sebagainya. Kemudian iklan-iklan rokok yang menggambarkan petualangan, persahabatan, dan kesuksesan. Hal itu mengisyaratkan bahwa merokok itu keren, jantan, jalan menuju sukses, dan sebagainya. Padahal hal-hal tersebut tidak saling berkaitan.

Nah, apabila dikaji lebih jauh, pola timbal balik tersebut merupakan pola yang terus berputar, akan tetapi bukan berarti tidak bisa diarahkan. Kita bisa mengarahkan pada paradigma apakah yang ingin kita tanamkan, tapi secara perlahan-lahan, dengan tetap memasukkan paradigma eksisting yang ada pada saat ini. Terus menerus begitu hingga terbentuklah paradigma baru sesuai yang kita inginkan.

Kemudian muncul pemikiran untuk mempengaruhi, membentuk, atau merubah pola pikir masyarakat melalui iklan. Sayangnya cukup sedikit orang yang menyadari hal ini, dan lebih sedikit lagi orang yang menyadari bahwa mereka terpengaruh atau termakan iklan. Para pembuat iklan cenderung berpikir mengenai branding, komersialisasi, bagaimana iklan mereka bisa menjual, dan sebagainya tanpa berpikir panjang mengenai  dampak tidak langsung dari iklan yang mereka buat. Sehingga kemudian banyak iklan yang bermunculan yang tidak berhubungan dengan produk yang ditawarkan.

Memangnya apa dampak tidak langsung yang mungkin muncul? Bermacam-macam, misalnya mendorong seseorang berperilaku konsumtif dan melakukan hedonisme. Atau menjadikan pemikiran bahwa produk-produk import jauh lebih berkualitas, lebih modern, dan lebih keren daripada produk lokal. Untuk beberapa produk ada benarnya memang, tapi tentu saja tidak semua demikian. Hal tersebut kemudian dapat menurunkan jiwa nasionalis seseorang. Dan dengan begitu, sebenarnya iklan dapat dijadikan metode menjajah secara alam bawah sadar. Iklan yang terus menerus ditampilkan atau ditayangkan, yang pada mulanya tidak kita acuhkan, lama kelamaan kemudian mempengaruhi alam bawah sadar kita mengingat bentuk pengulangan sangat berpengaruh dalam membentuk karakter atau respon seseorang.

Berbicara tentang iklan, iklan mendorong kita untuk berperilaku konsumtif. Itu jelas, karena lagi-lagi memang itulah tujuan iklan dibuat. Tapi tidak lantas menjadikan menipu dalam beriklan menjadi boleh. Tetap saja ada nilai moral yang perlu diperhatikan. Seperti misalnya pemilihan jam tayang yang dipengaruhi siapa yang menjadi target dalam iklan tersebut, ibu rumah tangga kah, remaja kah, atau justru anak-anak. Pengemasan iklan-iklan produk untuk orang dewasa dan untuk anak-anak tentu saja berbeda, karena factor usia juga berpengaruh pada pola pikir seseorang. Untuk itu kita harus selektif dalam memandang iklan. Berhati-hatilah dan jangan mudah terpengaruh :)


No comments:

Post a Comment