Thursday 31 March 2016

Karma

Kar·ma (n) 1. perbuatan manusia ketika hidup di dunia: hidup sbg umat Tuhan itu sekadar melakukan darma dan --; 2. hukum sebab-akibat: -- bukan hanya menguasai manusia, tetapi juga merupakan suatu hukum mutlak dl alam

Kita sudah harus adil, semenjak dalam pikiran.

Saya sering mendengar atau membaca kalimat di atas, walaupun saya tak pernah ingat pada sumbernya. Saya menyadari bahwa saya sepakat, namun tak melakukannya. Saya tak pernah adil semenjak dalam pikiran.

Tak seperti bibir saya yg selalu saya jaga melalui seleksi ketat mana yg boleh terucap dan mana yg sebaiknya tidak, benak dan hati kecil saya terlalu jujur untuk berceletuk mengomentari segala hal di sekitar saya. Walaupun tidak pernah terkatakan atau tertuliskan, saya tahu bahwa saya sudah tidak adil dalam pikiran.

Saya mengakui bahwa saya sering memandang orang lain sebelah mata, kemudian mencibirnya dalam hati. Selama ini saya tidak merasa berdosa karena toh saya tidak mempergunjingkan mereka, tidak membicarakan dengan orang lain di belakang mereka, bahkan memperlakukan mereka dengan baik tanpa membedakan perlakuan. Saya hanya berbicara dengan diri saya sendiri, melalui celetukan yang tidak sengaja, otomatis keluar dari benak saya yang kelewat jujur dan blak blakan.

Dan ternyata saya memang sudah berdosa dengan cara itu, saya sudah berdosa semenjak dalam pikiran.

Segelintir celetukan yg sangat sering terlontar, diantaranya seputar tempat mereka menimba ilmu, dan bagaimana attitude mereka, atau cara mereka berpakaian.

Oh, lulusan kampus swasta. 
Oh, kuliah disini juga tapi di jurusan yg kurang diminati. 
Orang2 males dan gak niat kuliah kayak mereka mah gak cocok lulus cepet dan kerja di tempat elite, mereka yg cocok itu yg rajin, yg pinter, yg passionate, yg memang mendedikasikan hidupnya di bidang itu. 
Busseet, ini niat pake baju enggak sih. 

Dan seterusnya, dan seterusnya.

Saya sadar sepenuhnya bahwa saya tidak berhak menghakimi semua orang walaupun hanya di pikiran saya saja. Memangnya saya siapa, sudah lebih baik dari semua orang? Tentu tidak, yg selama ini saya cerca bisa jadi justru lebih baik dari saya. Semua jurusan itu pada dasarnya baik, semua ilmu akan bermanfaat dengan caranya masing2. Setiap attitude orang pasti punya alasan dibaliknya, pun cara berpakaian atau style yg mereka pilih. Saya tidak pernah berhak mengomentari cara orang lain bersikap dan mengambil keputusan terkait dirinya, karena saya tidak pernah mengalami menjadi mereka. Saya mungkin bisa mengarang atau melogika skenario alasan dibalik yg mereka lakukan, tapi saya tidak pernah tahu yg sebenarnya. Maka sampai kapanpun saya tidak pernah berhak.

Dan rupanya saya kena karma atas dosa yg terus menumpuk hingga saya seusia sekarang ini. Saya percaya karma. Saya sering mengalami karma. Melalui rasa penasaran yg terlintas di benak saya, kemudian rasa penasaran itu terjawab dengan cara saya mengalaminya sendiri. Saya sering terpikir 'kok bisa sih ada orang yg kayak begitu..' Dan entah kapan di kemudian hari saya mengalaminya, menjadi seperti orang yg begitu. 

Maka saya berusaha untuk tidak bertanya-tanya atas fenomena (terutama fenomena sosial) yg terjadi di sekitar saya. Saya membunuh curiosity saya demi tidak perlu mengalami fenomena itu, jawaban Tuhan atas pertanyaan saya.

Melalui tulisan ini saya berniat minta maaf pada semua orang yg pernah saya perlakukan demikian semenjak dalam pikiran. Saya tidak ingat siapa saja korban dari pemikiran saya dan pemikiran apa yg sempat terlintas di benak saya tentang mereka. Karena pemikiran itu memang hanya terlintas sejenak, tidak mengendap, dan tidak dengan sengaja saya pikir-pikirkan. Kedepannya saya akan berusaha menjaga pikiran saya, dan membungkamnya bila perlu. Karena (mungkin) terkadang kejujuran sudah tidak diperlukan, semenjak dalam pikiran.

No comments:

Post a Comment