Monday 11 June 2018

Pariwisata (Part 2)

Beberapa waktu yang lalu (mungkin tepatnya awal tahun ini) saya dan beberapa teman memutuskan jalan-jalan cantik eksplor Mangunan tapi mampir dulu ke Imogiri.

Well, kami ke makam raja-raja di Imogiri. Ini sebenarnya adalah kunjungan saya kesekian kali, tapi karena sepertinya terakhir kali ke sini waktu SMA jadi tidak masalah mengunjungi tempat ini lagi. Sebenarnya selama ini cukup heran mengapa ada yang namanya wisata religi atau wisata pesanggrahan. Bagaimana mungkin kuburan menjadi tempat yang menarik untuk berwisata? Lalu ketika saya menginjakkan kaki di kompleks makam raja di Imogiri, saya memang menemukan ketertarikan dan kesadaran bahwa tempat ini memang menarik untuk dikunjungi. Setelah mendaki kurang lebih 409 anak tangga (kata abdi dalem yang jaga), saya tertarik melihat gapura dan pintu menuju makam yang dihias oleh ukiran kuno. Ke kanan adalah deretan makam Sri Sultan Hamengkubuwana dan ke kiri adalah deretan makam Sri Susuhunan Pakubuwono. 

Lalu hal lain yang mengusik saya adalah, kenapa hanya makam saja dibuat sebagus ini. Bahkan Taj Mahal di India dan Piramid di Mesir yang masuk dalam situs keajaiban dunia yang dilindungi unesco juga merupakan makam. Well, pastinya itu untuk menghormati dan menghargai orang-orang yang dianggap penting. Tapi tidakkah cukup menjadikan makam se-syahdu dan se-khidmat Taman Makam Pahlawan di Jalan Kusumanegara? Kadang saya berpikir, kalau saya sudah tiada apa yang akan orang ingat dari saya. Tapi kalo ndak salah, dalam islam kan memang tidak boleh membangun bangunan di atas makam. Bahkan tidak perlu pakai kijing, cukup segundukan tanah dengan papan nama. Sepertinya kalau ndak salah supaya kita tidak terus-terusan mengingat yang sudah tiada, tapi tetap merawat makam secara tidak berlebihan. Cmiiw.

Lalu kami melanjutkan perjalanan ke persawahan Sukorame yang sedang hits itu. Sekarang segala wisata rupanya memang dirancang supaya bagus buat foto-foto, instagramable lah.

Setelah itu kami ke wisata hutan pinus Rumah Hobbit Seribu Batu Songgolangit, lalu ke Pintu Langit Dahromo, dan nongkrong cantik di Kedai Ngisor yang terletak di bukit Pathuk, Gunungkidul. Sejujurnya saya sudah terlalu muak dengan spot-spot foto ala-ala yang sangat banyak tersebar di semua lokasi wisata hutan pinus (dan mungkin juga semua wisata alam lainnya). Well, mungkin karena saya sudah pernah menyusuri sebagian besar dan merasa bosan.

Dulu saya punya kebiasaan berwisata hingga kelelahan, menyusun ittenerary sepadat mungkin karena tidak ingin melewatkan objek wisata menarik. Dan rupanya ini tidak baik, lebih baik memilih satu atau dua objek saja lalu menghabiskan waktu sepuasnya di sana. Berangkat pagi, pulang malam dengan badan pegal, mandi lantas tidur nyenyak untuk jalan-jalan hari berikutnya. Seperti ketika saya ke Bandung, ke Malang, ke Singapura, bahkan jalan-jalan ke hutan pinus dan ke pantai libur natal tahun lalu..

Tapi iya sih, salah satu motivasi saya rutin berolahraga adalah supaya saya kuat jalan-jalan kemanapun kalau mendadak ada yang ngajakin. Harus rajin jogging supaya kalau mendadak ada yang nodong, 'yuk ke Semeru' bisa langsung mengiyakan tanpa khawatir akan menyusahkan tim dengan kondisi badan yang tidak fit.

Btw sebenarnya saya berniat memasukkan beberapa foto dalam postingan ini, tapi berhubung saya malas sekali memilah foto jadi nanti saja diedit postingannya dengan tambahan foto ya. Lagi-lagi ini tulisan lama dan tidak up to date. Sudah memasuki musim liburan lagi, semoga saya bisa konsisten menulis dan posting tulisan baru. Teaser untuk postingan jalan-jalan berikutnya, saya akan posting cerita backpackeran ke ibukota Bulan April lalu yang sudah dibuat draft nya. Selamat berlibur!

No comments:

Post a Comment