Tuesday 6 March 2018

On The Way Home

Malam ini aku pulang dengan rute berbeda. Melewati Sagan dengan deretan kafe-kafe yang syahdu. Entah Sagan yang memang syahdu, atau ini hanya efek yang ditimbulkan paska hujan deras seharian.

Hari ini hujan ekstra deras mengguyur kotaku. Cuaca yang asyik, suara hujan yang ekstra berisik, dan udara yang sejuk ciamik. Cukup menyenangkan untuk dinikmati sendiri di lorong kosong lantai 2, depan ruang kantor yang sepi. Well, bisa terasa menyenangkan karena aku tak harus pergi kemanapun. Stay di kantor dengan perut kenyang dari katering siang ini. Dan masih bisa menyeduh segelas coklat panas di dalam kantor ketika hujan badai di luar sana, itu patut disyukuri.

Aku memiliki beberapa kawasan favorit di kotaku: Kotabaru, Sagan, dan Kotagede. Tak heran kawasan-kawasan tersebut menjadi kawasan favoritku, pada jamannya kawasan itu kan tempat tinggal konglomerat. Wajar saja terasa tertata apik dan elegan. Salah satu penandanya adalah bangunan-bangunan heritage, juga gardu listrik yang aku lupa namanya (gardu listriknya punya nama). Gardu listrik ini menandakan kawasan tersebut adalah kawasan elit karena dulu tak semua orang bisa menikmati listrik. Kotabaru dan Kotagede punya Babon Enim (ah, aku sudah ingat nama si gardu listrik).

Seorang teman pernah berkata, kita cenderung lebih memilih rute perjalanan yang melewati tempat-tempat kita bisa bernostalgia. Misalnya melewati mantan sekolah kita. Aku menghabiskan 6 tahun masa Sekolah Dasar di Sagan, pernah 3 tahun mengenyam pendidikan di Kotabaru, dan hampir 20 tahun tinggal bertetanggaan dengan Kotagede. Jadi bisa jadi aku menyukai kawasan-kawasan tersebut karena keelitannya (aku sudah menyukai kawasan ini sebelum aku menyadari bahwa kawasan-tersebut merupakan kawasan elit atau heritage), atau bisa jadi karena mereka memiliki memori tersendiri untukku, atau bisa jadi hanya karena aku suka tempat bersejarah. Seperti Kota Tua Jakarta, yang walaupun baru sekali kukunjungi namun sudah begitu melekat. Entahlah.

Hari ini kami bermain game uno hingga pukul 8 malam di kantor. Entah kenapa kami gemar sekali menghabiskan waktu di kantor hingga larut malam, atau sekedar makan malam bersama di luar dan mengobrol panjang ngalor-ngidul. Mungkin kami memang segerombolan orang-orang yang malas pulang, tentunya dengan alasan masing-masing yang tak perlu ditanyakan. Pak Bos bilang aku dan permainan uno ku sangat mudah ditebak, kelihatan banget pola permainannya. Mungkin aku memang terlalu lempeng dan lurus-lurus, kurang tricky.

Satu kartu canggih dalam permainan uno adalah kartu kosong, dimana fungsinya adalah menukar kepemilikan kartu. Hal itu mengingatkan kita bahwa dalam hidup ini, segala hal yang kita miliki itu hanya titipan. Memang harus diusahakan semaksimal mungkin, tapi juga harus siap kalau sewaktu-waktu diambil kembali. Kalau udah pernah main uno dan nyaris menang atau sedang merasa di atas angin karena memiliki deretan kartu dahsyat, lalu tiba-tiba ada yang mengeluarkan kartu emas yang menukar kepemilikan kartu, pasti tau dong rasanya sebagian duniamu runtuh ketika tak siap kehilangan sesuatu yang kau cintai di dunia ini.

Pada beberapa game, aku bisa menemukan sisi filosofis yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya adalah permainan uno tadi. Selain itu, ketika main salah satu game nya Pou, yang mana kita diberi misi untuk menghilangkan permen di antara buah-buahan dengan cara menyamakan warna buah. Duh susah juga ya menjelaskan game satu ini. Aku mendapat beberapa filosofi hidup dengan bermain game satu ini. Pertama, kalau mau memenangkan banyak round kita harus fokus sama misi yang diberikan. Karena akan ada banyak buah-buahan yang menarik untuk dijadikan, untuk menambah koin. Tapi kalau kita tidak fokus pada misi, kita tidak akan pindah ke round berikutnya. Sementara itu, ada waktu yang terus bergerak dan ketika waktu habis maka game is over. Filosofi berikutnya, kadang kita terlalu fokus pada buah-buahan yang ada di sekitar misi. Padahal jalan kemenangan kadang berasal dari arah yang tak terduga. Sumpah ini bukannya sok bijak, tapi coba deh main game satu ini dan kau akan mengerti apa yang kumaksud. Heuheu

Apa inti dari tulisan ini? Ndak ada, just sharing aja tentang apa yang kupikirkan sepanjang perjalanan pulang. Btw 'tempat' itu salah satu variabel yang bisa dijadikan sebagai pemanggil ingatan buatku, selain tentunya musik dan aroma. Jadi aku bisa banget masih ingat pernah mengobrol tentang apa di tempat mana, atau musik tertentu mengingatkan pada masa-masa tertentu, juga bau tertentu mengingatkan pada orang-orang tertentu. Maka kadang aku menyimpan pemikiran-pemikiran di suatu tempat yang aku lewati dalam perjalanan, dan melanjutkan pemikiran itu ketika melewati tempat yang sama di hari yang berbeda. Akibatnya adalah, karena mengendarai kendaraan dengan mode auto pilot, seringkali lupa kalau mau mampir. Soalnya udah ada template rute ke rumah, atau rute ke kampus. Kapan-kapan aku share lagi deh, apa saja yang aku pikirkan dalam perjalanan pulang.


No comments:

Post a Comment