Aku berjanji kepada diriku sendiri, ini terakhir kalinya aku menulis tentangmu.
Ketika kacau balau melanda semestaku, aku memutuskan kabur membawa puing-puing kehidupanku. Kemana? Ibukota. Aku mendatangi ibukota dengan segala ketidakjelasannya, dengan segala keasingannya, dengan segala harap-harap tipis yang begitu sayup-sayup terhembus antara ada dan tiada. Kuterima segala yang melekat: panasnya, macetnya, garangnya.. Kupeluk erat bersama segala kemungkinan yang mendekatkanku padanya, Sang Harapan Tipis.
.
.
.
Perutku bergolak, lagi-lagi rasa itu lagi. Secepat itu kau menggelincir dari asaku, yang terpupuk perlahan demi perlahan selama hampir sepuluh tahun lamanya. Semua ini masih tentangmu, sumber inspirasiku, yang menerbitkan harapku untuk menjadi perempuan yang lebih baik.
Tanpa sengaja di hari yang sama, aku dan kamu kembali ke kota kita. Bahkan di keramaian malam Malioboro, sendu tentangmu hadir dalam iringan musik folk yang menjadi backsound percakapan orang-orang di sekitarku.
Ternyata kamu tak sesabar itu menungguku. Dan tentu saja kamu memang tidak pernah menungguku. Petang itu, aku tau aku sudah terlambat.
Jakarta pada akhir tahun lalu telah menyadarkanku bahwa aku sudah sangat terlambat. Bagaimanapun kau pantas bersama perempuan terbaik yang telah kau pilih. Tak ada lagi harap harap tipis untukku. Kau yang selalu menerbitkan harapku menjadi perempuan yang lebih baik, kini telah bersama perempuan terbaik pilihanmu. Selamat berbahagia!
Kututup sudah segala cerita tentangmu, dan mungkin akan datang masa aku terpaksa meng-hide mu dari seluruh circle sosial mediaku. Aku tak setangguh itu untuk melihatmu berbahagia bersamanya. Aku bukan pelakor, tak bisa aku mendoakanmu yang tidak-tidak. Tuhan akan mengobati segala sesal dan pilu yang merundungku, semoga.
Lalu biarlah air mata ini mengalir pada malam-malam sendu yang tak terelakkan. Pada saatnya nanti aku akan bisa mengingatmu tanpa bersedih.
Nyatanya, hari ini hampir 43 minggu semenjak hari itu dan aku masih bertahan. Tidak menghindar, tidak juga merasa sesak tiap kau posting sekelumit cerita menyenangkan bersama kehidupan barumu.
Terakhir, terimakasih telah menumbuhsuburkan sisi melankolisku. Tanpa hadirmu, tak ada tulisan-tulisan sendu menghiasi blog ini.. Hehe