Sebenarnya iklan yang membentuk paradigma kita atau justru sebaliknya?
Hal itu merupakan hubungan timbal balik, seperti menanyakan
yang mana yang lebih dulu, antara telur atau ayam. Semua orang pasti memiliki
jawabannya sendiri, tentunya dengan alasan tertentu.
Iklan terbentuk atas paradigma masyarakat karena memang
itulah tujuan iklan ada. Untuk menarik seseorang akan suatu produk tertentu.
Untuk itu diperlukan informasi mengenai apa yang menarik, yang membuat
seseorang menjadi tertarik untuk menggunakan atau membeli produk tersebut. Apabila
tidak mengikuti cara berpikir masyarakat, tentu saja iklan tersebut tidak akan
menjual. Nah, dengan begitu berarti iklan diciptakan menurut pola pikir
masyarakat. Misalnya iklan-iklan sampo atau pasta gigi yang menggunakan
orang-orang barat yang ceritanya sebagai ahli produk tertentu. Mengapa tidak
menggunakan orang negro atau orang Indonesia asli sebagai modelnya? Tentu saja
untuk mengusung agar produk tersebut terbilang ilmiah, dan karena paradigma
masyarakat yang terlanjur beranggapan bahwa orang-orang ahli atau ilmuan itu
adalah orang-orang luar negeri, dalam hal ini bangsa kulit putih. Padahal bisa
saja orang Indonesia menjadi seorang ahli kan.
Namun sebenarnya justru iklan itu, baik secara langsung
maupun secara tidak langsung membentuk pola pikir masyarakat. Bersamaan dengan
media, iklan membentuk pola pikir kita. Misalnya iklan-iklan produk perawatan
tubuh menciptakan sebuah paradigma bahwa
cantik itu yang kulitnya putih, kurus, berambut lurus, dan sebagainya. Kemudian
iklan-iklan rokok yang menggambarkan petualangan, persahabatan, dan kesuksesan.
Hal itu mengisyaratkan bahwa merokok itu keren, jantan, jalan menuju sukses,
dan sebagainya. Padahal hal-hal tersebut tidak saling berkaitan.
Nah, apabila dikaji lebih jauh, pola timbal balik tersebut
merupakan pola yang terus berputar, akan tetapi bukan berarti tidak bisa
diarahkan. Kita bisa mengarahkan pada paradigma apakah yang ingin kita
tanamkan, tapi secara perlahan-lahan, dengan tetap memasukkan paradigma eksisting
yang ada pada saat ini. Terus menerus begitu hingga terbentuklah paradigma baru
sesuai yang kita inginkan.
Kemudian muncul pemikiran untuk mempengaruhi, membentuk,
atau merubah pola pikir masyarakat melalui iklan. Sayangnya cukup sedikit orang
yang menyadari hal ini, dan lebih sedikit lagi orang yang menyadari bahwa
mereka terpengaruh atau termakan iklan. Para pembuat iklan cenderung berpikir
mengenai branding, komersialisasi,
bagaimana iklan mereka bisa menjual, dan sebagainya tanpa berpikir panjang
mengenai dampak tidak langsung dari
iklan yang mereka buat. Sehingga kemudian banyak iklan yang bermunculan yang
tidak berhubungan dengan produk yang ditawarkan.
Memangnya apa dampak tidak langsung yang mungkin muncul?
Bermacam-macam, misalnya mendorong seseorang berperilaku konsumtif dan
melakukan hedonisme. Atau menjadikan pemikiran bahwa produk-produk import jauh
lebih berkualitas, lebih modern, dan lebih keren daripada produk lokal. Untuk
beberapa produk ada benarnya memang, tapi tentu saja tidak semua demikian. Hal
tersebut kemudian dapat menurunkan jiwa nasionalis seseorang. Dan dengan
begitu, sebenarnya iklan dapat dijadikan metode menjajah secara alam bawah
sadar. Iklan yang terus menerus ditampilkan atau ditayangkan, yang pada mulanya
tidak kita acuhkan, lama kelamaan kemudian mempengaruhi alam bawah sadar kita
mengingat bentuk pengulangan sangat berpengaruh dalam membentuk karakter atau
respon seseorang.
Berbicara tentang iklan, iklan mendorong kita untuk
berperilaku konsumtif. Itu jelas, karena lagi-lagi memang itulah tujuan iklan
dibuat. Tapi tidak lantas menjadikan menipu dalam beriklan menjadi boleh. Tetap
saja ada nilai moral yang perlu diperhatikan. Seperti misalnya pemilihan jam
tayang yang dipengaruhi siapa yang menjadi target dalam iklan tersebut, ibu
rumah tangga kah, remaja kah, atau justru anak-anak. Pengemasan iklan-iklan
produk untuk orang dewasa dan untuk anak-anak tentu saja berbeda, karena factor
usia juga berpengaruh pada pola pikir seseorang. Untuk itu kita harus selektif
dalam memandang iklan. Berhati-hatilah dan jangan mudah terpengaruh :)
No comments:
Post a Comment