Pada suatu weekend yang telah lama berlalu, saya meet up sama kakak
saya di Kota Surabaya. Saya berangkat dari Kota Jogja sementara kakak saya
berangkat dari Kota Jember. Ceritanya kakak saya mau tes IELTS di kota ini,
kota besar terdekat dari kota tempat kerjanya. Sebenarnya saya sudah pernah ke
Surabaya sebelum ini, namun rasanya saya masih sama butanya dengan perjalanan
sebelum ini. Kala itu saya ke Surabaya juga dengan alibi menjenguk kakak saya
yang sedang PKPA di RSUD Soetomo.
Dengan alibi menemani kakak saya tes, berangkatlah saya dari Jogja
hari sabtu pagi (21/05) dan sampai disana sekitar jam 3 sore pada hari yang
sama. Perjalanan konyol ini rupanya sudah dimulai disini dengan kesalahan saya keluar
dari stasiun. Seharusnya saya keluar di Stasiun Gubeng Lama, tapi saya malah
keluar di Stasiun Gubeng Baru. Malam sebelumnya kakak saya menginap di My
Studio Hotel, yang terletak 5 menit jalan kaki dari Stasiun Gubeng Lama, karena
selain dekat dengan stasiun juga berdekatan dengan tempat tesnya, IALF.
Saya sebenarnya sudah agak sadar kalau keluar di pintu yang salah,
tapi saya pikir tak apa toh cuma jalan kaki lebih jauh sedikit. Berhubung kakak
saya dapat jadwal speaking sore, saya disarankan untuk main ke Grand City Mall
saja sambil menunggu dia selesai tes. Dari Gubeng Baru, saya jalan ke arah
utara setelah sempat mengecek di google maps. Menurut google maps, saya tinggal
menyeberangi rel dan mengikuti jalan maka saya sudah sampai di Grand City. Saya
sudah berjalan kaki cukup jauh menyusuri rel, namun tidak ada tanda-tanda ada
jalan untuk menyeberangi rel selain jalan layang yang ada di atas rel (relnya
dikasih pagar tinggi). Lalu saya membuka google maps lagi, dan ternyataaaa saya
sudah semakin menjauhi lokasi. Akhirnya saya memutuskan kembali ke stasiun
sambil memperhatikan apakah saya melewatkan suatu terobosan untuk menyeberang
rel. Dan sepertinya saya tidak melewatkan apapun. Maka saya bertanya pada petugas
parkir, jalan tercepat menuju Grand City yang bisa ditempuh degan jalan kaki.
Ternyata saya hanya harus menaiki tangga dibawah jalan layang itu maka saya
sudah berada di atas jalan layang dan tinggal lurus menuju Grand City.
Satu pelajaran berharga dari perjalanan ini, ketika ngebolang di kota
orang, pastikan lebih memercayakan bertanya pada masyarakat lokal ketimbang gps
gadget!
Baru sampai depan Grand City udah ditelpon, kakak saya rupanya sudah
selesai tes. Jadi kami memutuskan untuk bertemu di My Studio Hotel. Rencananya
kami memang berniat pindah hotel berhubung My Studio Hotel adalah tipikal hotel
untuk bacpaker sehingga rasanya kurang nyaman dengan privasi yang minim. My
Studio Hotel hanya menyediakan semacam kapsul, berupa tempat tidur bertingkat
yang ditutup dengan tirai, yang hanya cukup untuk tidur. Sedangkan barang yang
kita bawa bisa disimpan di loker yang disediakan. Harga menginap semalam di
single room adalah 150k.
Kami memutuskan
pindah ke hotel yang lebih low budget. Kata kakak saya ada hotel murah yang
semalam hanya dikenai 50k, namanya Bhinneka 2. Hotel Bhinneka 2 letaknya rada
ke selatan, lumayan dekat dengan Stasiun Wonokromo. Menurut google maps,
sekitar 15 menit naik kendaraan bermotor dari lokasi sekarang kami berada. Kami
naik taksi ke Bhinneka 2, dengan membayar 30k.
Ternyata setelah sampai di sana, kami mendapati sebuah fakta bahwa harganya sudah berbeda jauh. Kakak saya ternyata mendapat informasi itu hanya dari internet yang sumbernya tidak jelas. Kamar paling murah seharga 165k, dengan fasilitas bed, kamar mandi dalam, tv, dan fan. Sedangkan kamar yang AC harganya 200k. Berhubung Surabaya panasnya naudzubillah, kami memilih yang AC. Rada horor gitu hotelnya, catnya sudah mengelupas di beberapa sisi kamar. Tapi udah terlanjur sampai sini sih, yaudahlah kami juga lelah.
Setelah itu kami leyeh-leyeh
sembari menikmati AC kamar sampai maghrib, sholat, mandi, sholat isya, terus
browsing sambil liat-liat google maps, cari tempat makan di sekitar situ yang
bisa sekalian buat nongkrong cantik bertukar kabar dan cerita. Dan kami baru
menyadari ternyata hotelnya itu rada terpencil, gak ada lokasi bagus yang bisa
jalan kaki aja. Hasil menjelajahi google maps, kami menemukan sebuah tempat yang
lumayan dengan interior menarik, 11 menit jalan kaki kata google maps. Kami makan
malam sekalian nongkrong cantik di Libreria Eatery. Pulang jam setengah 11, mampir
indomaret, sampai hotel jam 11. Lantas tidur.
Paginya kami bangun, sholat shubuh kemudian mendiskusikan untuk pindah hotel aja yang lebih deket sama pusat kota buat menghemat waktu dan ongkos transport. Tercetuslah buat mencoba nelpon Hotel Gubeng. Kenapa Hotel Gubeng? Soalnya deket banget sama stasiun, tinggal jalan kaki 5 menit juga sampai. Ada kamar kosong tinggal 1, kelas ekonomi. Harganya 140k, kamar mandi dalam, fan, tv. Check in bebas tp check out jam 12. Akhirnya kami ambil deh. Setelah check out jam setengah 8, kami langsung nyegat taksi ke gubeng, kena 22k, terus check in sama naruh barang di Hotel Gubeng. Begitu masuk kamar, kami langsung merindukan AC di kamar lama.
Paginya kami bangun, sholat shubuh kemudian mendiskusikan untuk pindah hotel aja yang lebih deket sama pusat kota buat menghemat waktu dan ongkos transport. Tercetuslah buat mencoba nelpon Hotel Gubeng. Kenapa Hotel Gubeng? Soalnya deket banget sama stasiun, tinggal jalan kaki 5 menit juga sampai. Ada kamar kosong tinggal 1, kelas ekonomi. Harganya 140k, kamar mandi dalam, fan, tv. Check in bebas tp check out jam 12. Akhirnya kami ambil deh. Setelah check out jam setengah 8, kami langsung nyegat taksi ke gubeng, kena 22k, terus check in sama naruh barang di Hotel Gubeng. Begitu masuk kamar, kami langsung merindukan AC di kamar lama.
Berhubung sejak pertama kali saya ke Surabaya, saya udah pengen banget
ke Museum Sampoerna, pagi itu kami memutuskan main kesana. Meskipun kakak saya
rada ogah soalnya udah dua kali kesana. Kami order gojek ke Sampoerna, satu
gojek kena 17k. Sampai sana jam 9 kurang, museumnya belum buka. Terus mau naik
bus heritage tour tapi penuh, pas banget yang daftar sebelum kami itu dapet
seat terakhir. Berarti memang bukan rejeki. Kamipun daftar buat tour
selanjutnya jam 1 siang nanti. Terus nunggu bentar, masuk museum, keluar museum
masih jam setengah 11.
Sambil menunggu jam 1 siang, kami mencari tempat asyik yang bisa 10 menit
jalan kaki. Lagi-lagi kami menjelajahi google maps, dan menemukan Jembatan
Merah Plaza. Lalu kami jalan kaki ke JMP, ngirain mall ternyata cuma pusat
grosiran. Masih mending ternyata bukan cuma jembatan. HAHAHA
Kami memutuskan cari makan aja berhubung paginya cuma sarapan roti, tapi
ternyata tidak ada foodcourt di sini. Ada sih di lantai paling atas tapi
ternyata belum buka, masih dibangun gitu. Sebenarnya ada banyak yang jual makan
di luar JMP, tapi kami nggak mau soalnya kumuh gitu. Akhirnya kami ngemper-ngemper
gak jelas gitu di JMP.
Kami punya 2 opsi: langsung ke Tunjungan Plaza sambil nunggu acaranya
IDP di Sheraton Hotel jam 2 nanti, atau ke Museum BI yang kata google maps ada di
sekitar JMP terus cari makan sambil nunggu jam 1 dan balik ke Museum Sampoerna,
naik bus heritage sampai jam 2 terus langsung cus ke Sheraton. Setelah diskusi
bentar akhirnya terpilih langsung ke Tunjungan Plaza.
Kita memutuskan mencoba naik len (angkot) soalnya udah pernah taksi
sama gojek. Di taman depan JMP banyak angkot ngetem tp katanya gak ada len yang
ke TP. Adanya bus damri yang nunggunya di pojokan. Pojokannya gak jelas yang mana,
kita jalan aja, nyebrang jalan yang sama sampai 3 kali terus browsing. Nunggu
di samping Hotel Ibis, ternyata gak lewat. Nah terus jalan terus sampai
tikungan. Akhirnya naik taksi. Kalau ujung-ujungnya naik taksi kenapa gak dari
awal aja ya, heu. Lagi-lagi menurut google maps, sebenernya dekat cuma 3 km dan
tinggal lurus-lurus aja tapi entah malah diputerin dan kena macet karena
bubaran Parade Bunga yang finish nya di balai kota, deket Tunjungan. FYI, hari
itu memang pas ada Parade Bunga dalam rangka peringatan hari jadi Kota Surabaya
ke-723. Udah ngelewatin TP pas argo belum nyampe 20k, tapi mesti muterin jalan
dulu dan pas turun depan TP 1 argonya udah 38k :(
Yeaaay, akhirnya masuk TP dan hal yang pertama kami cari adalah foodcourt di lt 5. Habis kenyang, kami baru mencari mushola yang ternyata ada di tempat parkir lantai atasnya foodcourt. Setelah itu kami langsung ke Sheraton yang pintunya nyambung gitu sama mall. Terus masuk sekitar jam 2, keluar jam 4. Sholat ashar di TP lagi. Nah ini mulai gak beres, masa kami udah lupa jalan menuju mushola.
Yeaaay, akhirnya masuk TP dan hal yang pertama kami cari adalah foodcourt di lt 5. Habis kenyang, kami baru mencari mushola yang ternyata ada di tempat parkir lantai atasnya foodcourt. Setelah itu kami langsung ke Sheraton yang pintunya nyambung gitu sama mall. Terus masuk sekitar jam 2, keluar jam 4. Sholat ashar di TP lagi. Nah ini mulai gak beres, masa kami udah lupa jalan menuju mushola.
Kami memutuskan mau mampir Gramedia yang ada di TP mumpung di Surabaya,
soalnya di Jember toko bukunya gak terlalu besar. Udah muter-muter tapi kami
gak kunjung menemukan Gramedia, padahal tadi pas awal masuk sebelum makan udah
sempet liat tapi lupa dimana. Cuma inget di lt 4, di lantai sebelum foodcourt. Kita
muter-muter di lantai 4 yang berujung nanya sama satpam dan dikasih tau bahwa
Gramedia ada di lt 4 TP 1. Ternyata kita udah nyasar sampai TP 5. Sumpah, gede
bet nih mall.
Akhirnya ketemu lah si Gramed yang ternyata berada persis di bawah
foodcourt. Yang dekat kadang malah gak terlihat, kuman di ujung lautan malah tampak.
Ceritanya kakak saya sedang mencari buku IELTS tapi gak menemukan yang bagus.
Pas ada yang bagus tinggal 1 aja, dan CD interaktifnya udah gak ada. Gak terasa
ternyata udah jam 6 aja. Kamipun sholat maghrib di mushola tadi. Sempet bingung
dan muter-muter bentar akhirnya memutuskan naik ke lantai atas aja terus muter
lewat foodcourt aja. Rada muter gapapa deh yang penting jalannya udah familiar
daripada nyasar lagi. Kami lelah nyasar.
Sholat maghrib sekalian isya, terus makan di foodcourt lagi, terus
memutuskan jalan ke Gramedia yang ada di luar TP yang lagi-lagi kata google
maps cuma 10 menit jalan kaki. Padahal sebenernya rasanya udah mau pingsan
saking capeknya. Dan harus tetep fokus soalnya udah gak punya tenaga buat
nyasar, juga soalnya gak bisa minta rescue atau minta dijemput aja sama temen
atau sodara. Untunglah kami tidak perlu melewati proses nyasar untuk sampai di
Gramedia satu ini, gedungnya unik, suasananya menyenangkan, capeknya mendadak
hilang. Langsung menuju lt 2. Eh nemu buku yang pengen dibeli dan gak ada di Gramedia
TP: Little Prince sama buku IELTS. Seneng bangeeet. Terus sempet muter2 sejam
lah, liat buku buat bikin buku digital juga. Ih keren abis nih teknologi,
kreatif. Bikinan indonesia katanya. Kita pulang jam 9 lebih lah, langsung nyegat
taksi depan gramed. Kena 15k sampai Hotel Gubeng. Mandi terus langsung tepar.
What a so long day.
Paginya bangun jam setengah 4 soalnya keretanya kakak saya Probowangi berangkat jam 4.25. Saya menemani kakak saya jalan kaki 5 menit ke Stasiun Gubeng Lama. Karena kereta saya Logawa jam 09.15, saya balik lagi ke hotel buat sholat shubuh, nonton tv, mandi, dan tidur-tiduran sebelum akhirnya check out dan pulang ke Jogja. Dengan melajunya kereta api menuju Jogja, berakhirlah weekend hectic yang kami rayakan di Surabaya.
Paginya bangun jam setengah 4 soalnya keretanya kakak saya Probowangi berangkat jam 4.25. Saya menemani kakak saya jalan kaki 5 menit ke Stasiun Gubeng Lama. Karena kereta saya Logawa jam 09.15, saya balik lagi ke hotel buat sholat shubuh, nonton tv, mandi, dan tidur-tiduran sebelum akhirnya check out dan pulang ke Jogja. Dengan melajunya kereta api menuju Jogja, berakhirlah weekend hectic yang kami rayakan di Surabaya.
Saya dan satu-satunya kakak saya itu memang punya problem yang sama
dalam hal spasial aka sering nyasar bahkan di kota kami sendiri, Jogja. Gak di gunung, gak di dalam mall, di kota sendiri maupun di kota tetangga saya tetap
saja nyasar. Anw selamat merayakan weekend, semoga weekendmu menyenangkan! :)
No comments:
Post a Comment