Dan sebuah insiden yang mengawali perjalanan kami.
“Maaf mas, boleh minta tukeran tempat duduk?”
Saya dan salah satu teman saya memang terpisah gerbong
kereta lantaran tidak bersamaan saat membeli tiket kereta. Dan saya pun
langsung menodong seorang lelaki berwajah oriental –cukup oriental sampai saya
sangka merupakan warga lokal– begitu tiba di tempat duduk kami dalam kereta.
“Can you speak English?”
Taraaa, kamipun saling berpandangan, speechless. Sambil terbata mencoba menjelaskan maksud kami “eh..emm..
would you please.. emm.. switch your seat with my friend in..
gerbong two..?”
Dan yang ditanya terlihat kebingungan dan justru melihat jam
tangannya, “what?”
Aah, apa sih bahasa inggrisnya gerbong? Dan untungnya si mas
yang ternyata bukan orang lokal itu cukup mengerti. Hahaa, baru kerasa kalo ga
bisa bahasa inggris.
Kami memulai aktivitas pagi itu di Bandung dengan mandi dan
bebenah di Stasiun Bandung, mengingat kami datang menggunakan kereta malam. Stasiun
Bandung tergolong cukup bagus, dengan mushola dan toilet yang bersih dan
terawat. Selanjutnya kami langsung menuju kawah putih dan situpatengan dengan
mobil yang sudah kami sewa jauh-jauh hari.
Kami cukup beruntung menginap di pusat kota, hanya berjarak
beberapa bangunan dari BIP di daerah Dago. Kami menginap di Gelanggang Generasi
Pemuda Bandung. Sesekali kami suka membandingkan dan mencari kemiripan suasana
suatu jalan di Bandung dengan suasana jalan-jalan di kota kami,
Yogyakarta.haha. Ternyata ada juga citra jalan yang terasa hampir mirip,
seperti misalnya kami sepakat berada di jalan di barat perempatan utara BIP terasa
seperti berada di jalan Abu bakar ali di barat Kridosono.hahaa
Hari berikutnya, kami menuju BSM dengan naik angkot. Oh iya,
hal yang menarik saya dari Kota Bandung adalah tersedianya angkot hingga 24jam dan
karena jumlahnya yang banyak, kami tak perlu takut menunggu lama apabila
ketinggalan yang satu. Dan tarif yang menyesuaikan jarak yang ditempuh, dengan
kesadaran moral penumpangnya untuk menyesuaikan dengan lokasi yang dituju,
antara 1500 rupiah hingga paling jauh 3000 rupiah. Kata teman saya yang asli
Bandung, disini justru angkot yang mencari penumpang, bukan sebaliknya. Dan
juga mbak mbak yang naik angkot tetep kece, dengan wedges dan kostum yang bisa dibilang fashionable. Hmm.
Trans Studio Mall
Trans Studio Mall
Ada yang unik dari tempat ini, Bandung. Setiap memesan menu
makan tanpa memesan minum, maka otomatis akan diberi segelas teh tawar gratis.
Saya yang pada awalnya tak terbiasa minum teh tawar menjadi terbiasa, not too bad. Kami tak lupa menyempatkan
diri untuk mencicipi masakan Ampera, Laksana, dan Puja Sera di seberang
penginapan kami yang terkenal sebagai pusat kuliner itu.
Sebelum pulang kami memutuskan untuk berpencar menuju tempat
yang masing-masing ingin kami kunjungi, mengingat waktu yang terbatas karena
kami harus pulang malam itu juga dengan kereta yang tiketnya sudah terbeli
sebelum kami tiba di Bandung. Saya yang tidak termasuk gila belanja memutuskan
menghabiskan sore itu melihat-lihat buku baru di Gramedia seberang BIP, dua
orang teman saya memburu barang di sebuah FO The Secrets, dan sisanya jalan-jalan
di BIP. Kebetulan saat itu sedang digelar Festival Clothes di serambi mall
tersebut.
Menghabiskan uang? Sudah pasti, tapi saya tidak menyesal
akan perjalanan ini. Karena waktu dan kesempatan tak akan pernah terbeli :)
Mungkin saja setelah saya bekerja, saya memiliki cukup uang
untuk berkeliling dunia, tapi mungkin saja saat itu saya teramat sangat sibuk
sehingga tak bisa melakukan perjalanan apapun. Atau seandainyapun ada dana, waktu,
dan juga kesehatan, belum tentu saya mendapat teman2 yang bersedia bersama-sama
saya menyusun ittenarary untuk
perjalanan itu. Intinya menurut saya uang selalu bisa dicari, pengalaman belum
tentu.
No comments:
Post a Comment