Tentang sebuah hobi yang mulai meluntur.
Everything is change.
Sampai sekarang apabila ditanya mengenai hobi, saya masih menjawab bahwa hobi
saya adalah membaca buku, travelling
–naik gunung termasuk di dalamnya, menonton film, dan menulis. Padahal itu
semua rasanya sudah tak terlalu relevan. Saya masih sanggup melahap buku-buku
tebal sejenis bukunya Dan Brown, The Lost Symbol, novel fiksi imajinatif
seperti The Secrets of Immortal Nicholas Flamel, dan juga novel Indonesia karya
Dee. Tapi rasanya tak sebergairah dulu. Entah kenapa. Mungkin karena pilihan bukunya
yang nggak tepat, atau mungkin pilihan waktunya, atau mungkin selera dan minat
saya sendiri yang sudah beralih. Dulu membaca novel Harry Potter benar-benar
membuat saya addict, nggak bisa
berenti.
Mengenai naik gunung, entah, sepertinya saya kehilangan
keberanian untuk mendaki gunung. Seolah tiba-tiba ada yang membangunkan dan
membuka mata saya bahwa sebenarnya berada di alam liar itu mengerikan. Selama
ini saya selalu merasa baik-baik saja, tidak pernah mendapat gangguan dari pihak-pihak
penjaga gunung –you know what I mean.
Dan well yeah, mungkin saja ini
merupakan akumulasi dari semua pengalaman enggak ngenakin yang teredam. Selama
ini selalu terjadi pengalaman yang awalnya bisa ditolerir: nyaris kena
hipotermia gara2 badai plus nggak bawa perlengkapan safety di Merapi, jatuh guling2 di Ungaran sampe matahin kacamata,
Nyasar di Lawu –oh yeah, padahal Lawu jalurnya sejelas itu, jatuh terjerembab
gara2 kesandung batang pohon raksasa
yang melintang di Argopuro, dan terakhir dan mungkin yang terparah yaitu nyasar
dan nyaris kehabisan logistik di Tambora.
Kemudian tentang film, masih suka banget sih. Tapi kalo dulu
yang saya maksud menonton film itu bukan hanya menonton, tertawa, menangis,
lalu melupakannya setelah selesai. Bukan itu, yang saya maksud adalah menyerap
inspirasi dari film tersebut, entah pesan moral, sudut pandang salah satu
tokohnya, karakter tokoh yang unik, menambah daftar tempat-tempat bagus yang
harus saya kunjungi, memperluas wawasan atau hanya sekadar sebagai hiburan.
Beberapa film yang sempat menginspirasi saya kebanyakan dorama jepang: Hanakimi
no Kimitachi e, Buzzer Beat, dan juga dorama korea Dream High yang selau
mengingatkan untuk terus berjuang dan pantang menyerah. Kemudian ada Nobuta wo
produce yang bercerita tentang persahabatan. Film barat ada Writer Freedom,
Easy A, dan lain-lain. Banyak deh pokoknya.
Tapi sekarang, rasanya menonton film hanya begini-begini
saja.
Disisi lain, saya mulai kehilangan kemampuan menulis,
mungkin karena udah kelamaan vakum nggak nulis diary. Tapi benar-benar terpaku
melihat selembar kertas kosong, bahkan waktu kemaren diminta bikin artikel
sebagai ujian take home. Kalo ada
istilah speechless untuk jari yang
tak mau bergerak mengetik apapun itu, nah begitulah kondisinya.
Lalu, sebenarnya apa hobi saya sekarang?
Well, saya akui
saya memang seorang yang termasuk past
oriented. Sulit buat move on kalo
kata orang. Tapi hobi itu kan pilihan dan selera selalu bergerak secara
dinamis, nggak selamanya kita harus terpaku pada kegiatan yang itu-itu saja. Jadi
kenapa melihat ini sebagai masalah. Toh saya bisa saja mencari hobi baru atau
menumbuhkan kembali passion yang hilang itu.
Jangan takut pada selembar kertas kosong,
Karena justru di sana kamu bebas memanjakan imajinasimu..