Masih termasuk edisi Swadaya VI
Saya berkesempatan transit beberapa hari di
pulau ini sebelum menginjakkan kaki di Pulau Sumbawa untuk menjalankan misi
swadaya: mendaki Gunung Tambora dan sosialisasi biogas di Desa Jongkat.
Tentang Pulau Lombok, mayoritas penduduknya
beragama islam, ramah, dan baik hati—dengan pengecualian orang-orang pelabuhan
lembar yang memang berwatak keras. Kami sempat cekcok dengan sopir angkot yang
ada di sana karena kami lebih memilih menggunakan angkot yang ada di luar
pelabuhan yang memang jauh lebih murah.
Sepanjang jalan dari pelabuhan lembar ke
Universitas Mataram, saya melihat banyak anak2 maupun orang tua yang berjalan
kaki menuju sekolah. Saya juga sempat melihat sebuah bus yang isinya anak
sekolahan semua.
Biaya hidup di kota ini rupanya masih
tergolong terjangkau, yaah nggak jauh beda sama kota Jogja lah. Dengan berbekal
Rp 3000 rupiah saja kita sudah bisa menyantap nasi bungkus yang berisi ikan
tongkol. Nasi bungkus disini dinamakan nasi balap, dibungkus dengan bentuk
kerucut. Entah, kenapa dinamakan demikian, sampai sekarang saya masih belum
tahu alasannya.
Kota Mataram merupakan kota religius yang
tercermin dari semboyan kota ini “Maju dan Religius”
Universitas Mataram
Kebetulan saya sempat mencicipi suasana
Ramadhan di kota Mataram. Dan saya belajar tentang toleransi yang besar di sini. Saya berteman
dengan orang non muslim, dan mereka sama sekali tidak makan dan minum di
sepanjang hari saya bersama mereka. Dan memang di sini tidak ada warung makan
yang buka di siang hari. Mereka bercerita bahwa membeli makanan di siang hari
di hari puasa terlihat seperti sedang bertransaksi narkoba, benar-benar
diam-diam. Dan juga ada penggrebekan rumah makan apabila tetap nekat buka di
siang hari. Jadi kalo sedang tidak berpuasa, satu-satunya cara untuk makan
adalah tetap berada di rumah.
Kami sempat di ajak mengejar sunset di Pantai
malimbu, sekadar menengok Pantai Senggigi, dan di antar berbelanja ke Pasar
Cakra. Oh iya, salah satu hal yang paling menyenangkan di Mataram adalah
jaraknya yang berdekatan dengan pantai. Cukup berkendara motor sekitar 15menit,
kami sudah dapat melihat keindahan pantai barat Lombok.
Perjalanan menuju Pantai Malimbu, walaupun akhirnya sunset nya tak terkejar..
Suasana Pasar Cakra..
Suatu hari nanti saya harus berkunjung kembali
ke tempat ini dan melihat keindahan pantai-pantai yang baru saya dengar
ceritanya itu: Pantai Pink dan Pantai Kuta. Juga boleh sekadar mampir melihat
gili trawangan dan 2 gili lainnya yang saya lupa namanya.
Saya benar-benar bersyukur sempat ‘berlibur’
di sini walaupun sama sekali tanpa rencana. Yuhuuu :)
No comments:
Post a Comment