Dibalik munculnya
istilah pelakor, seolah mendeskreditkan bahwa perselingkuhan bersumber dari
sosok perempuan yang kegatelan. Padahal kan namanya perselingkuhan itu kan
antara dua orang, kalau salah satunya menolak kan pasti gak bakalan jadi.
Lantas kenapa satu pihak bisa lebih disalahkan dari pihak yang lain?
Belum lama ini beredar
video viral Bu Dendi nyawer pelakor, yang banyak banget dibuat meme atau video
parodinya. Sumpah aku nggak ngerti lagi gimana perasaan si mbak pelakor itu (kalo masih punya perasaan sih). Maka
kuhimbau pada semua perempuan di seluruh dunia, jangan lah jadi pelakor.
Lantas, bagaimana
pandanganku tentang perselingkuhan? Oh itu termasuk kesalahan terbesar yang mungkin
tak bisa kumaafkan. Kalau kamu menjalin hubungan serius denganku dan kamu
berselingkuh, maka bhay! Tak ada ampun untuk urusan satu ini.
Dulu aku sempat
rada gimana gitu sama kisah cintanya Re dan Rana dalam serial pertama
Supernova. Rana berselingkuh dengan Re, dan cara mereka saling jatuh cinta itu
menurutku kena banget ketimbang kisah cinta Rana dengan suaminya. Rasanya
perselingkuhan mereka terasa benar. Dan justru setelah Arwin sang suami Rana
mengikhlaskan Rana, Rana justru kembali ke pelukan Arwin.
Tapi semenjak aku
melihat perselingkuhan benar-benar terjadi di dunia nyata, aku teramat geram
untuk bisa melihat dari sudut pandang yang kulihat dari kisah Re dan Rana.
Belum lama ini
aku menonton serial netflix Black Mirror. Episode 3 season pertama bercerita
tentang pasangan suami istri, yang mana sang suami merasakan gesture yang
berbeda dari istrinya ketika berinteraksi dengan seorang laki-laki. Sebagaimana
episode-episode Black Mirror yang lain, episode ini juga menceritakan efek buruk
kemajuan teknologi. Dalam episode kali ini, setiap orang bisa menyimpan apa yang
mereka lihat dan dengar dari mata dan telinga mereka layaknya kamera yang
menyimpan video. Rekaman kejadian itu bisa mereka putar berulang-ulang dengan
alat semacam remote, juga bahkan bisa ditayangkan via layar televisi layaknya
menonton film. Sang suami yang peka dengan detail gesture sang istri, terus
memutar memori ketika mereka sedang mengadakan makan malam bersama, lantas melakukan
zoom-ing pada hal-hal detail layaknya detektif mencari petunjuk. Twist nya adalah
ketika sang suami mendatangi selingkuhan istrinya, lantas memaksanya menghapus
memori yang terekam bersama istrinya. Lalu dia memaksa sang istri mengaku dan memperlihatkan
memori mengenai apa yang dilakukannya dengan sang selingkuhan. Kemajuan
teknologi ini sungguh ironi, di satu sisi kita bisa terus mengingat segala hal
dengan detail, baik hal baik maupun hal buruk. Tapi di sisi lain, bisa
mengingat segala sesuatu dengan teramat jelas itu sangat menyiksa. Beruntunglah
kita masih bisa lupa, kalau semua kejadian yang kita alami selalu masih sesegar
seolah baru terjadi tadi pagi, bagaimana kita bisa move on?
Pernah dalam
posisi menjadi pelakor? Alhamdulillah sih enggak, dan semoga nggak akan pernah.
Pernah punya temen seorang pelakor? Pernah, dan walaupun kesal setangah mati
tapi ku tetap berteman. Karena bagaimanapun kisah cinta itu urusan pribadi,
yang penting sebagai teman yang baik kan kita sudah mengingatkan. Kalau ntar kamu
masuk video viral macam video Bu Dendi, risiko ditanggung sendiri ya. Satu hal
penting lainnya, kalo dia segampang itu meninggalkan pasangannya untuk
berselingkuh denganmu, maka bukan nggak mungkin kan suatu hari nanti dia juga
segampang itu meninggalkanmu untuk orang lain.
Btw ini kenapa ya
aku tiba-tiba nulis tentang pelakor di malam jumat kliwon begini. Well, nggak
ada maksud khusus sih. Hanya sebuah bentuk ekspresi, daripada tenggelam dalam
keresahan. Right?
No comments:
Post a Comment